ANALISA SISTEM BELAJAR TATAP MUKA DAN JARAK JAUH, KESENJANGAN ATAS TUJUH ASPEK TUJUAN PENDIDIKAN HUMANISTIK, DAN PEMANFAATAN OPEN EDUCATIONAL RESOURCES (OER)
ANALISA SISTEM BELAJAR TATAP MUKA
DAN JARAK JAUH, KESENJANGAN ATAS TUJUH ASPEK
TUJUAN PENDIDIKAN HUMANISTIK, DAN
PEMANFAATAN OPEN EDUCATIONAL RESOURCES (OER)
Sistem
belajar tatap muka dan sistem belajar jarak jauh, kegiatan pembelajaran manakah yang dapat
menggunakan atau dikembangkan berdasarkan teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar sosial, dan teori belajar
humanistik ?
Sistem pembelajaran tatap muka maupun sistem pembelajaran jarak
jauh, keduanya dapat dilaksanakan dan dikembangkan dengan menggunakan berbagai
teori belajar yang ada, baik teori belajar behavioristik, kognitif, kognitif
sosial, maupun humanistik. Teori-teori belajar tersebut berperan sebagai
sarana/media/alat/program yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan ke dalam
kedua jenis sistem pembelajaran, baik pada pembelajaran dengan sistem tatap
muka maupun jarak jauh, namun juga perlu dipertimbangkan pelaksanaan yang
disesuaikan dengan keadaan/kondisi di lapangan. Sistem tatap muka dapat
diaplikasikan pada pembelajaran bersifat paedagogis, sedangkan sistem jarak
jauh akan efektif untuk pembelajaran andragogis.
Implikasi teori belajar
behavioristik dalam pembelajaran memiliki lima (5) karakteristik yaitu penekanan
hasil belajar yang spesifik dan dapat diamati; belajar dengan kecepatan
sendiri; penguatan yang terus menerus; hasil belajar yang telah “benar”
digunakan sebagai penguatan; dan pengurangan bimbingan secara bertahap.
Sedangkan bentuk pembelajaran yang menunjukkan aplikasi dari teori belajar
behavioristik adalah penekanan kepada perilaku; praktek dan latihan
berulang-ulang; serta memutus kebiasaan secara bertahap.
2
|
Pada sistem pembelajaran tatap
muka, teori belajar behavioristik dapat dilaksanakan dan dikembangkan dengan
pola interaksi antara guru dan siswa secara langsung (direct)/berhadapan
langsung. Pelaksanaan sistem tatap muka dengan menggunakan teori belajar
behavioristik dapat diterapkan baik pada kegiatan pembelajaran yang bersifat
paedagogis maupun andragogis. “Guru menyajikan
materi dalam bentuk terpisah dan berurutan, memberikan kesempatan/membimbing
siswa sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa, dan evaluasi bertingkat pada
masing-masing bagian materi sebelum evaluasi akhir yang memperlihatkan
perubahan perilaku (pengetahuan) siswa secara holistik”.
Pelaksanaan perkuliahan dengan
sistem online adalah contoh pembelajaran jarak jauh. Pelaksanaan dan
pengembangan teori belajar behavioristik pada sistem pembelajaran jarak jauh
kurang lebih sama dengan pelaksanaan dan pengembangan pembelajaran dengan
sistem tatap muka, yakni dengan melaksanakan tahapan-tahapan sesuai dengan
implikasi dan bentuk teori belajar behavioristik namun dengan bantuan sarana
teknologi informasi dan komunikasi. Bentuk penguatan pada belajar jarak jauh
bisa dilakukan dengan secepatnya memberikan nilai pada masing-masing bagian
materi ketika batas waktu telah terlampaui. Tutor/ pembimbing juga diharuskan
ikut masuk dan aktif dalam bentuk-bentuk diskusi dan semua kegiatan yang
terintegrasi dalam pembelajaran jarak jauh. Teori belajar behavioristik dengan
sistem jarak jauh akan efektif dilaksanakan pada pembelajaran yang bersifat
andragogis.
Ciri-ciri pembelajaran yang
dilaksanakan dengan menggunakan teori belajar kognitif adalah adanya penyediaan
pengalaman belajar dengan dikaitkan pada proses pembentukan pengetahuan;
penyediaan alternatif pengalaman yang sewaktu-waktu bisa dilaksanakan sesuai
jalannya proses pembelajaran; pengintegrasian pembelajaran dengan situasi
realistik, relavan dan kongkret; pengintegrasian pembelajaran dengan interaksi/
kerjasama antar individu dengan lingkungan; memanfaatkan berbagai sumber media;
dan melibatkan siswa secara emosional dan sosial untuk membangun suasana
belajar yang menarik dan menyenangkan.
Berdasarkan ciri-ciri
pembelajaran dengan menggunakan teori belajar kognitif di atas, maka pada
praktek pembelajaran dengan sistem tatap muka dapat diterapkan dan dikembangkan
dengan menggunakan teori belajar ini. Contoh
kronologi pembelajaran
tatap
muka dengan menggunakan teori belajar kognitif adalah pelaksanaan pembelajaran
kelas 5 sekolah dasar (tahap operasi kongkret) dengan materi sistem gerak tubuh (kerangka). Guru
memberi penjelasan pengertian dan
kegunaan
tulang terlebih dahulu dengan menggunakan peraga torso kerangka manusia dan pemodelan (salah
satu siswa saya jadikan model untuk menjelaskan kegunaan tulang), selama
proses pembelajaran siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan hal-hal yang
mereka ketahui terkait materi.
Penguatan terkait
materi dan diakhiri dengan evaluasi.
Penjelasan dengan menggunakan pemodelan dilakukan dengan tujuan mengasosiasi
pengetahuan siswa yang diakomodasi dengan interaksi dalam proses belajar
mengajar, penguatan akhir sebelum dilaksanakan evaluasi berperan sebagai
equilibrasi.
Pada sistem pembelajaran jarak jauh yang kebanyakan dilaksanakan oleh
pembelajar yang bersifat andragogis, akan sangat efektif dilaksanakan karena
berbagai sumber dapat diakses sebagai yang mencerminkan proses asimilasi,
akomodasi dan equilibrasi dari pengetahuan atau materi yang sedang dibahas.
Namun proses pembelajaran dengan sistem jarak jauh ini diperlukan tingkat
keaktifan yang tinggi dari peserta pembelajar untuk berkembang dengan
menggunakan berbagai sumber yang ada baik sumber utama berupa buku modul utama
maupun sumber-sumber lainnya. Keberadaan tutor/ pembimbing hanya sebagai
pengendali, pemicu awal, pengatur jalannya pembelajaran, dan pengkonfirmasi
dari jalannya pembelajaran supaya tidak melebar dan fokus pada hal-hal yang
menjadi tujuan pembelajaran.
Dalam teori belajar sosial, perlu diperhatikan karakteristik siswa yang
meliputi perbedaan individu, kesiapan, dan motivasi; proses pemindahan
pengetahuan (transfer of learning);
dan konteks sosial dalam pembelajaran. Hal-hal tersebut di atas jika
diperhatikan, dilaksanakan, dan dikembangkan dalam proses pembelajaran baik
dalam sistem tatap muka maupun jarak jauh akan memberikan hasil yang maksimal
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Guru menggunakan beberapa teknik menarik perhatian
siswa untuk mengetahui perbedaan karakteristik masing-masing siswa disertai
dengan motivasi. Menggunakan berbagai media pendukung dalam proses pembelajaran
yang didesain menghubungkan interaksi pembelajaran dengan konteks sosial
keseharian siswa. Evaluasi pembelajaran dengan menggunakan evaluasi yang
dikaitkan dengan keseharian siswa.
Pada contoh kronologi pembelajaran yang dilakukan dengan sistem tatap
muka tersebut, akan sangat membantu siswa dalam memahami materi yang diberikan,
karena dari awal, siswa mendapatkan perhatian dari guru sesuai dengan
karakteristik masing-masing dan proses pembelajaran serta evaluasi selalu dikaitkan/
dihubungkan dengan keseharian siswa.
Pada proses pembelajaran dengan sistem jarak jauh, hal ini dapat
dilaksanakan dan dikembangkan dengan memberikan forum-forum perkenalan terlebih
dahulu, pemberian/ pengungkapan permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar
pembelajar, pemberian kesempatan untuk mengemukakan pendapat sebagai solusi
alternatif dari permasalahan yang terjadi serta saling berbagi dan saling
memberikan solusi antar pembelajar yang terbina dengan baik, teratur, dan terus
menerus dengan bantuan/ bimbingan dari tutor.
Teori belajar humanistik memiliki tahapan-tahapan yaitu pendidik
mendorong siswa untuk mengekspresikan perasaan; penggalian permasalahan siswa
terkait materi; pengembangan umpan balik terkait solusi dari permasalahan; perencanaan
pemecahan permasalahan dengan klarifikasi pendidik; dan pelaksanaan solusi
pemecahan masalah oleh siswa dengan dukungan pendidik. Hal ini jelas
menunjukkan bahwa siswa bukanlah obyek dari pembelajaran namun lebih dari itu,
siswa adalah subyek yang mampu menyelesaikan permasalahan (materi) dengan
bantuak subyek pendukung dalam hal ini guru atau pendidik.
Guru menanyakan permasalahan terkait hal-hal yang
belum pahami siswa mengenai materi yang akan diajarkan untuk kemudian
diinventarisir dengan pola hubungan sederhana ke rumit. Memberikan keleluasaan
dan bimbingan kepada siswa untuk merencanakan solusi pemecahan terkait materi
yang telah diinventarisir. Pelaksanaan pembelajaran (interaksi) menyeluruh
sebagai bentuk pelaksanaan pemecahan masalah untuk selanjutnya diberikan
evaluasi.
Pada contoh kronologi pembelajaran tersebut di atas, telah mencerminkan
pelaksanaan dan pengembangan pembelajaran tatap muka dengan menggukana teori
belajar humanistik. Dalam hal ini guru tidak memperlakukan siswa sebagai obyek
pembelajaran, namun siswa lebih di”manusiakan” dengan diberikan keleluasaan
untuk menyatakan, merencanakan, dan melaksanakan solusi atas pemecahan
permasalahan terkait materi yang sedang dibahas. Guru selanjutnya tidka hanya
melihat tanpa bertindak apa-apa, namun tetap dalam proses pembelajaran guru
harus mengiringi, mengklarifikasi, mengkonfirmasi, dan memberikan persetujuan
atas solusi pemecahan masalah (materi) yang dilakukan oleh siswa.
Pada pembelajaran sistem jarak jauh, hal ini sudah dilaksanakan dengan
adanya keleluasaan bagi pembelajar untuk mengemukakan permasalahan-permasalahan
yang timbul di lingkungan sekitar pembelajar, menyampaikan pendapat sebagai
alternatif solusi dengan didukung dari berbagai pihak baik dari tutor ataupun
pembelajar lainnya. Hal yang penting di sini adalah peran tutor untuk
mengiringi, mengklarifikasi, mengkonfirmasi, serta memberikan solusi-solusi
alternatif lainnya dalam pemecahan permasalahan yang dialami oleh pembelajar.
Kesenjangan
yang terjadi antara kenyataan
yang terjadi dengan kondisi ideal hubungannya
dengan kurikulum yang berlaku
berdasarkan ketujuh aspek pendidikan menurut teori belajar humanistik
Sebelum membahas kesenjangan yang
terjadi antara kenyataan yang terjadi di sekolah-sekolah dengan kondisi ideal
terkait kurikulum yang akan dikaji berdasarkan aspek pendidikan akan lebih baik
untuk kita pahami dahulu mengenai tujuh (7) aspek pendidikan menurut teori
belajar, sebagai berikut :
1. Perkembangan personal
(personal development) yang meliputi
kesadaran diri (self awareness),
tilikan diri (self insight), yang
bertujuan untuk memusatkan perhatian pada pertumbuhan personal individual
peserta didik sebagai hasil dari pembelajaran.
2. Perilaku kreatif (creative behavior) yang mencakup
pengembangan kemurnian (originality), kreativitas
(creativity), imajinasi (imagination), interprestasi (new interpretation), makna baru (novel meanings) dan sejenisnya yang
mampu memberikan gambaran yang lebih jelas menjadi apa peserta didik nantinya.
3. Kesadaran antar
pribadi (interpersonal awarness) yang
meliputi interaksi sosial (social
interaction), proses kelompok (group
process), kepemimpinan (leadership)
dan komunikasi yang bertujuan untuk penekanan saling pengaruh antar manusia dan
pembangunan kesan yang baik ketika peserta didik terjun di lingkungan
masyarakat kelak.
4. Orientasi terhadap
mata pelajaran / disiplin ilmu (subject
of discipline orientation) yang bertujuan untuk mengorganisasikan perasaan
suka dan tidak suka siswa atas mata pelajaran atau disiplin ilmu yang sedang
dipelajari.
5. Materi khusus (specific content) yang bertujuan untuk
memadukan aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif (humanistik) sebagai bagian
dari pembelajaran.
6. Metode pembelajaran (method of teaching) yang bertujuan
untuk pelaksanaan pembelajaran yang mampu memusatkan perhatian berbagai
alternatif pendekatan afektif (humanistik) dalam menciptakan pengalaman belajar
di dalam dan luar kelas.
7. Guru dan tenaga
kependidikan lainnya (teachers and
administrators) yang bertujuan untuk pemusatan perhatian atas pribadi guru
dan pengelola pendidikan untuk dapat dijadikan panutan atau teladan bagi
peserta didik.
Selanjutnya yang merupakan
kesenjangan yang terjadi antara kenyataan yang terjadi dengan kondisi ideal
terkait kurikulum yang akan dikaji berdasarkan aspek pendidikan akan lebih baik
untuk kita pahami dahulu mengenai tujuh (7) aspek pendidikan menurut teori
belajar humanistik adalah dalam pelaksanaan kurikulum di lembaga-lembaga
pendidikan.
Terkait perkembangan personal,
kesenjangan terjadi terutama pada unsur siswa. Masih adanya siswa yang belum
memiliki kesadaran diri, umpan balik pembelajaran dalam kehidupan siswa, dan
motivasi untuk belajar merupakan kesenjangan yang seharusnya siswa memiliki
memiliki kesadaran diri, umpan balik pembelajaran dalam kehidupan siswa, dan
motivasi untuk belajar yang tinggi. Hal ini menjadi tugas guru untuk terus
menerus memberikan bimbingan supaya kesenjangan yang ada dapat dihilangkan
minimal dikurangi.
Perilaku kreatif dalam
pelaksanaan kurikulum 2013 yang diterapkan di lembaga pendidikan memiliki rata-rata
memiliki kesenjangan-kesenjangan, yaitu belum maksimalnya pelaksanaan
pembelajaran yang dilaksanakan dengan kreatif oleh guru karena kurangnya
wawasan guru terkait kurikulum yang diterapkan yang tergolong masih baru
sehingga memberikan dampak kurangnya kreativitas siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran, namun hal ini telah, masih, dan akan tetap diusahakan solusinya
baik dari diri pribadi praktisi pendidikan, maupun oleh pemerintah.
Pada aspek kesadaran antar
pribadi pendidik, cenderung tidak ada kesenjangan berarti yang terjadi, baik
guru, pengelola pendidikan, dan siswa kesemuanya memiliki kesadaran diri dalam
pengembangan diri atas hal-hal yang kurang dipahami terkait pelaksanaan
kurikulum yaitu dengan rutin melakukan interaksi dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan terkait pelaksanaan kurikulum.
Orientasi terhadap mata pelajaran
atau disiplin ilmu terdapat kesenjangan yakni beberaa guru yang sangat menyukai
mata pelajaran tertentu, sehingga dalam proses pembelajarannya memberikan waktu
yang lebih banyak untuk memberikan pelajaran yang disukainya tersebut. Hal ini
memberikan dampak kurang baik terutama pada siswa terkait tingkat penyerapan
pada mata pelajaran lainnya.
Aspek tujuan materi khusus cenderung
tidak terdapat kesenjangan, hal ini dibuktikan dengan beberapa kegiatan yang
menunjukkan aspek humanistik yang dilaksanakan dalam proses pelaksanaan
pembelajaran yang berlangsung yaitu dengan pelaksanaan do’a sebelum dan sesudah
belajar, menyanyikan lagu wajib nasional, pembacaan shalawat nariyah,
pelaksanaan program baca tulis dan hafalan Al-Qur’an, serta aktif dalam
mengikuti lomba-lomba dalam peringatan hari besar agama dan nasional.
Kesenjangan yang menurut saya
masuk dalam kesenjangan yang berat adalah menganai aspek metode pembelajaran. Beberapa
guru hanya mampu menerapkan pembelajaran dengan pengaplikasian metode-metode
pembelajaran yang hanya itu-itu saja sehingga memberi dampak kurang baik pada
hasil belajar siswa. Namun hal ini dapat dilakukan pemecahannya dengan
mengadakan peer teaching antar guru yang dilaksanakan setiap hari sabtu setelah
siswa pulang sekolah dengan mendatangkan nara sumber.
Antara guru dan tenaga
kependidikan lainnya terdapat kesenjangan pada aspek tenaga kependidikan
lainnya. Tidak adanya sumber daya manusia pada pos tenaga administrasi/ operator
sekolah mengharuskan salah satu guru untuk menjalankan fungsi rangkap sebagai
guru dan juga sebagai operator. Kesenjangan ini belum mendapatkan perhatian dari
kepala sekolah yaitu sampai saat ini belum dicarikan petugas khusus untuk
melaksanakan tugas sebagai operator.
Pada
era digital saat ini banyak pembelajaran menggunakan berbagai sumber belajar
termasuk pemanfaatan open educational resources (OER) yang dapat diakses
melalui situs atau web tertentu. Tanggapan terkait dengan pembelajaran
tersebut ditinjau dari teori belajar dan teori pembelajaran, serta bagaimana
semestinya pembelajaran pada era digital itu dirancang !
Pelaksanaan pembelajaran yang
berbasis pada open educational resources
(OER) yang dilandasi teori belajar behavioristik dengan catatan siswa dalam
belajar dengan menggunakan sumber-sumber yang sangat luas dan mudah diakses
harus tetap didampingi dan diarahkan oleh guru/ pembimbing yang berperan untuk
mengontrol pelaksanakan tahapan-tahapan sesuai dengan implikasi dan bentuk
teori belajar behavioristik dengan bantuan sarana teknologi informasi dan
komunikasi. Bentuk penguatan dapat dilakukan dengan pemberian nilai/penghargaan
drai guru/pembimbing kepada siswa yang telah menunjukkan peningkatan. Pembimbing/guru
juga diharuskan ikut mengawal dan aktif dalam bentuk-bentuk pemilihan dan
analisa sumber pembelajaran dari open
educational resources (OER).
Dikaji dari teori belajar kognitif, pemanfaatan open educational resources
(OER) akan sangat efektif dilaksanakan karena berbagai sumber dapat
diakses sebagai yang dapat memperlancar dan mempercepat proses asimilasi,
akomodasi dan equilibrasi dari pengetahuan atau materi yang sedang dibahas.
Namun proses pembelajaran ini menuntut keaktifan yang tinggi dari peserta
pembelajar untuk berkembang dengan menggunakan berbagai sumber yang ada baik
sumber utama berupa buku modul utama maupun sumber-sumber lainnya.
Pemanfaatan open educational resources (OER) pada proses pembelajaran dengan
menerapkan teori belajar sosial akan sangat membatu proses pembelajaran karena
dengan interaksi dengan sumber-sumber pembelajaran yang sangat luas dapat
diakses untuk memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi pada proses
pembelajaran. pemberian/ pengungkapan permasalahan yang terjadi di lingkungan
sekitar pembelajar, pemberian kesempatan untuk mengemukakan pendapat sebagai
solusi alternatif dari permasalahan yang terjadi serta saling berbagi dan
saling memberikan solusi antar pembelajar yang terbina dengan baik, teratur,
dan terus menerus.
Pembelajaran yang menekankan adanya keleluasaan bagi
pembelajar untuk mengemukakan permasalahan-permasalahan yang timbul di
lingkungan sekitar pembelajar, menyampaikan pendapat sebagai alternatif solusi
dengan didukung dari berbagai pihak baik dari tutor ataupun pembelajar lainnya.
Untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran yang didasari dengan teori belajar
humanistik akan sangat terbantu dengan adanya sumber dari open educational
resources (OER). Hal
yang penting di sini adalah peran guru/pembimbing untuk terus mengiringi,
mengklarifikasi, mengkonfirmasi, serta memberikan solusi-solusi alternatif
lainnya dalam pemecahan permasalahan yang dialami oleh pembelajar
Pemanfaatan open educational resources (OER) yang
dapat diakses melalui situs atau web tertentu pada saat bukan tidak mungkin untuk dilaksanakan
seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang
sangat pesat. Namun dalam pelaksanaan dan pengembangannya diperlukan banyak
batasan yang sangat diperlukan untuk memberikan proteksi atau pengamanan
terhadap peserta pembelajar dari dampak-dampak atau efek negatif dari
pelaksanaan pembelajaran yang berbasis pada open
educational resources (OER). Batasan-batasan tersebut harus tetap
didasarkan pada teori belajar yang sudah ada supaya tetap dapat berjalan pada
koridor pendidikan yang sesuai dan juga harus disesuaikan dengan landasan
pendidikan sesuai dengan yang dianut oleh suatu negara tertentu.
terima kasih banyak postingannya menambah ilmu tentang teori dan praktek pembelajaran bagi saya.
BalasHapusTerima kasih banyak
BalasHapusTerima kasih pa materinya sangat membatu memahami tepri-teori belajar yang dihubungkan dengan system belajar tatp muka dan jarak jauh,
BalasHapus