Facebook

KARAKTERISTIK IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK



KARAKTERISTIK
IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
    
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas akan memberikan hasil yang maksimal salah satunya adalah dipengaruhi oleh adanya peran guru. Seorang guru di dalam kelas diharuskan memiliki kompetensi-kompetensi yang menjadi pra syarat dalam pelaksanaan tugasnya. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi pedagogis, dan indikator kompetensi profesional salah satunya adalah menguasai berbagai jenis teori-teori belajar yang sangat diperlukan dalam proses mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Salah satu teori belajar yang bisa digunakan oleh guru adalah teori belajar Behavioristik.
Teori adalah seperangkat konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang memberikan, menjelaskan, dan memprediksi suatu fenomena. Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan, dalam hal ini belajar bukan hanya sekedar tahu atau mendapatkan pengetahuan saja, lebih jauh makna belajar adalah adanya perubahan perilaku yang terjadi di dalam mental seorang pembelajar.
Pengetahuan/ perilaku sebagai hasil dari belajar dibentuk dengan membangun konsep yang dikenalkan terlebih dahulu kepada pembelajar dalam bentuk unit-unit kecil yang logis, sistematis, dan berkelanjutan untuk selanjutnya diberikan penguatan yang akan memberikan efek kebermaknaan dalam proses pembelajaran.

A.      Pengertian Teori Belajar Behavioristik
Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen dan terjadi secara eksternal sebagai hasil dari pengalaman. Seseorang belum dikatakan belajar jika belum dapat menampilkan perubahan perilaku, sehingga perilaku adalah hasil dari proses belajar yaitu aspek yang dapat ditentukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Perilaku yang timbul adalah hasil dari hubungan antara stimulus dengan respon. Stimulus adalah obyek/ kejadian dalam lingkungan organisme, sedangkan respon (reflek) adalah sesuatu yang dapat dipercaya sebagai tanggapan dari stimulus yang diberikan. Stimulus terbagi menjadi tiga, yakni stimulus yang menimbulkan respon, stimulus yang berlawanan denan kemunculan respon, dan stimulus yang tidak menimbulkan respon. Sedangkan reflek (respon) memiliki konsep keterhubungan, frekuensi kemunculan, tingkat intensitas, dan kemiripan.
Ivan Petrovich Pavlov menyatakan bahwa belajar dalam teori belajar perilaku adalah keterhubungan antara stimulus dan respon lewat pengkondisian yang terus menerus. Dalam proses belajar dibutuhkan pemberian stimulus yang dilakukan secara berulang-ulang sebagai cara untuk meyakinkan pengetahuan/perilaku yang ditampilkan atas stimulus yang diberikan dapat tertanam dengan baik dikarenakan pemberian yang terus menerus.
Sedangkan menurut Edward Lee Thorndike (Muhammad Thobroni & Arif Mustofa (2011: 67) yang diambil dari (Suprijono: 20), belajar dalam teori belajar behavioristik adalah peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Stimulus yang baru akan menimbulkan respon yang baru pula, dan kaitannya dengan proses belajar adalah stimulus awal diberikan sehingga menimbulkan respon kemudian dilanjutkan dengan pemberian stimulus baru terhadap respon awal sehingga menimbulkan respon yang baru lagi. Hal ini dilakukan secara terus menerus sehingga akan membentuk perilaku yang baik dan semakin efisien.  
Teori behavioristik modern dikemukakan Burhuss Frederick Skinner, yang menyatakan bahwa respon yang diikuti dengan penguatan positif cenderung akan diulang di masa datang, dan respon yang diikuti dengan penguatan negatif, cenderung akan berkurang di masa datang. Penguatan positif adalah stimulus jeda lanjutan yang semakin memperkuat atau mendorong suatu tindak balas. Sedangkan penguatan negatif adalah stimulus jeda lanjutan yang mendorong individu untuk menghindari suatu tindak balas tertentu yang tidak memuaskan.
Teori Burhuss Frederick Skinner ini lebih dikenal dengan teori Operant Conditioning, yang didasari oleh prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.      Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah harus dibetulkan (penguatan negatif), dan jika benar harus diberi penguatan positif.
2.      Proses belajar harus mengikuti irama dari siswa.
3.      Materi pelajaran dipisah-pisah dalam unit-unit kecil bisa berbentuk modul.
4.      Dalam proses pembelajaran tidak digunakan hukuman, untuk menghindari hukuman dilakukan penyiapan kondisi lingkungan sejak awal.
5.      Dalam proses pembelajaran, lebih mementingkan aktivitas individual siswa.
6.      Pemberian reward bagi siswa yang sudah menampilkan perilaku yang diinginkan dengan mempertimbangkan pencapaian dari siswa lainnya.
7.      Proses pembelajaran menggunakan tehnik shapping (tahapan-tahapan).

Berdasarkan penjelasan dan pendapat para ahli yang telah tersebut di atas baik pada bab 1 maupun pada bab 2, maka dapat disimpulkan bawah Teori Belajar Behavioristik adalah seperangkat konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang memberikan, menjelaskan, dan memprediksi suatu fenomena yang menekankan pada perubahan perilaku pembelajar sebagai orientasi utama hasil belajarnya dengan memberikan stimulus secara terus menerus, materi dan proses belajar diberikan dengan tahapan-tahapan disertai dengan penguatan positif untuk siswa yang telah menunjukkan perubahan perilaku serta penguatan negatif bagi yang belum menunjukkan perubahan perilaku.  


B.       Contoh Pembelajaran Di Kelas
Pada pembahasan contoh pembelajaran di kelas yang pernah saya laksanakan dikelas, saya ambil dari pengalaman pribadi saya ketika memberikan pembelajaran kepada kelas 4 semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 dengan jumlah anggota rombel 10 siswa. Pembelajaran saya laksanakan pada hari selasa tanggal 11 Oktober 2016 dan kebetulan sekolah saya sudah menerapkan kurikulum 2013, dengan demikian pembelajaran yang saya laksanakan dengan menggunakan pendekatan tematik.
Tema 4 (Berbagai Pekerjaan) Sub Tema 1 (Jenis-Jenis Pekerjaan) Pembelajaran 2. Pada tema tersebut terdapat 3 muatan pembelajaran yaitu Matematika dengan materi luas persegi, PPKn dengan materi mengenal simbol dan makna sila pertama Pancasila, dan SBdP dengan materi menggambar 3 dimensi (rumah idaman). Perencanaan pembelajaran telah saya persiapkan pada malam harinya yaitu berupa rencana pelaksanaan pembelajaran dan saya lengkapi dengan beberapa dokumen pendukung berupa presentasi luas persegi, presentasi simbol Pancasila dipadu dengan lagu Garuda Pancasila, puzzle Pancasila dengan contoh gambar rumah idaman di bagian belakang puzzle, dan pin positif serta pin negatif.
 Rencana pelaksanaan pembelajaran telah saya susun sedemikian rupa dengan menyesuaikan dengan waktu penyampaian pembelajaran yaitu 6 x 35 menit, karena pada 2 jam terakhir pada hari selasa adalah diisi dengan mata pelajaran Bahasa Madura. Namun dalam pelaksanannya rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah tersusun rapi hanya sekitar 80% saja yang terealisasikan, sisa 20% terpakai untuk beberapa pengulangan dan penguatan tiap sesi muatan pembelajaran.
Jalannya pembelajaran pada hari itu saya sampaikan dalam bentuk poin sebagai berikut :
1.         Pendahuluan
-          Pengecekan kesiapan belajar dengan absensi, kerapihan, dan posisi tempat duduk siswa
-          Menginformasiakan rencana pembelajaran secara umum pada hari itu.
-          Penyampaian tahapan-tahapan materi pada masing-masing muatan (luas persegi, simbol dan makna sila pertama Pancasila, dan menggambar 3 dimensi)
2.         Inti Pembelajaran
-          Siswa mengamati tampilan presentasi tentang konsep luas persegi
-          Penjelasan tentang konsep luas persegi, dilanjutkan dengan pemberian contoh pengerjaan soal (catatan : contoh pengerjaan soal saya ulangi sampai 3 kali karena saya lihat beberapa siswa masih ada yang kelihatan bingung)
-          Pemberian tugas pengerjaan soal yang angka-angkanya tidak jauh berbeda dengan contoh
-          Evaluasi dalam proses hasil pengerjaan siswa, siswa yang sudah benar diberikan pin positif, siswa yang masih salah diberikan pin negatif (catatan : siswa yang salah tidak melaksanakan langkah-langkah pengerjaan sesuai contoh, kepada mereka saya berikan penguatan jika mengerjakan jangan sampai meninggalkan/mengabaikan satu langkah sekalipun) 
-          Penjelasan ulang tentang konsep dan contoh pengerjaan
-          Pemberian tugas lanjutan, siswa dengan pin – diberikan soal yang sama, sedangkan siswa dengan pin + diberikan soal dengan angka yang lebih besar
-          Evaluasi bersama
-          Meminta siswa yang mengerjakan benar dengan waktu paling singkat untuk memberikan penjelasan cara mengerjakan di depan kelas
-          Jeda Istirahat
-          Menyanyikan lagu Garuda Pancasila
-          Pengamatan pada gambar simbol-simbol sila Pancasila
-          Siswa menyelesaikan puzzle Pancasila
-          Penjelasan tentang simbol dan makna pengamalan sila pertama Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
-          Siswa menyelesaikan tugas menyusun puzzle Pancasila
-          Setelah puzzle Pancasila tersusun dengan benar, maka akan terbentuk contoh gambar 3 dimensi (gambar rumah idaman)
-          Siswa dijelaskan tentang menggambar 3 dimensi (model, proporsi, komposisi, perspektif, dan gelap terang)
-          Siswa diberikan media kertas untuk menggambar rumah idaman sesuai impian masing-masing siswa
3.         Penutup
-          Penguatan tentang konsep luas, simbol dan makna sila pertama Pancasila, dan konsep menggambar 3 dimensi.
-          Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan apa yang telah mereka dapatkan dari pembelajaran hari itu.
Itulah pengalaman saya pribadi dalam pelaksanaan pembelajaran yang akan saya analisa sendiri dipandang dari teori belajar Behavioristik pada poin C bab pembahasan ini.

C.      Analisis Contoh Pembelajaran di Kelas Melalui Teori Belajar Behavioristik
Analisis contoh proses pembelajaran di kelas sesuai pengalaman mengajar saya yang tersebut di atas dipandang dari sisi teori belajar Behavioristik saya pusatkan hanya kepada proses pembelajaran muatan pembelajaran Matematika dengan materi pokok luas persegi dan analisanya adalah sebagai berikut :
Kaitan dengan prinsip dasar teori belajar yang dikemukakan oleh Ivan Petrovich Pavlov bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon lewat pengkondisian yang terus menerus. Pada pembelajaran yang saya laksanakan terlihat pada konsep dan cara mengerjakan soal saya sampaikan dengan memberikan stimulus berupa tampilan presentasi dan dengan pengulangan penjelasan baik dari guru (saya) ataupun dari sesama siswa yang telah mamahami. Hal ini juga tercermin pada proses penutup yaitu guru memberikan penguatan kembali tentang konsep-konsep yang telah dipelajari pada hari itu.
Pengalaman berperan dalam penguatan dan pelemahan hubungan stimulus, sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Edward Lee Thorndike. Pada proses pembelajaran tercermin pada pengalam siswa yang telah melihat dan mencoba untuk mengerjakan dan dengan hasil benar memberikan motivasi kepada siswa lain untuk melakukan hal yang sama, sebaliknya kesalahan dalam mengerjakan soal menjadi pengalaman untuk tidak melakukan kesalahan yang sama setelah mendapatkan penguatan negatif dari guru.
Dalam teori John Broadus Watson disampaikan bahwa pentingkan pengalaman dan keterawatan dalam meningkatkan hubungan stimulus dan respon, serta obyek yang dipelajari adalah apa yang dikerjakan bukan apa yang ada dalam pikiran. Teori ini terlihat pada kegiatan siswa diberikan kesempatan untuk mencoba mengerjakan soal setelah melewati pengalaman melihat presentasi dan contoh pengerjaan soal yang saya ulang sampai 3 kali. Dengan adanya pengalaman dan pembimbingan secara berkelanjutan akan memberikan hasil belajar berupa perubahan perilaku dalam pengerjaan soal selanjutnya.
Edwin Ray Guthrie menyebutkan bahwa stimulus yang diikuti oleh respon cenderung akan terulang lagi dengan respon yang serupa. Dihubungkan dengan contoh pembelajaran di atas, respon siswa yang mengerjakan soal benar akan lebih terbentuk kebermaknaanya dengan memberikan stimulus sejenis secara berulang dan bagi siswa yang memberikan respon salah dalam mengerjakan, dibimbing untuk memberikan respon berupa pengerjaan soal dengan benar.
Variabel antara dalam contoh pembelajaran di atas adalah dengan memberikan kesempatan kepada siswa yang telah benar mengerjakan soal dalam waktu tersingkat untuk memberikan penjelasan di depan kelas, hal ini menjadi stimulus lanjutan bagi siswa lain untuk memberikan respon yang lebih baik dari respon-respon sebelumnya. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Clark Hull.
Kaitan dengan teori operant Conditioning seperti yang telah disampaikan oleh Burhuss Frederick Skinner, yaitu respon yang diikuti dengan penguatan positif cenderung akan diulang lagi di masa datang; respon yang diikuti dengan penguatan negatif, cenderung akan berkurang di masa datang. Pada contoh pembelajaran di atas terlihat pada proses pemberian pin + dan pin -, dimana penerima pin positif cenderung akan berusaha merespon dengan pengerjaan yang benar (sama dengan respon sebelumnya) dan siswa penerima pin – dengan diberikan penguatan negatif yaitu dengan memberikan batasan-batasan jangan sampai melewatkan satu langkahpun pada proses pengerjaan soal yang diberikan, maka siswa tersebut akan berusaha menghilangkan respon yang mereka berikan pada proses pengerjaan soal pertama (melewatkan salah satu langkah pengerjaan). Dengan penguatan negatif kepada penerima pin -, maka secara berangsur-angsur siswa-siswa tersebut akan mengurangi respon salah (pengerjaan soal salah) atas stimulus lanjutan (soal-soal berikutnya). Dengan  kata lain respon yang diberikan penguatan negatif cenderung akan berkurang intensitas responnya di masa datang.
Demikian analisis yang dapat saya sampaikan dari contoh pembelajaran dikelas ditinjau dari sisi teori belajar Behavioristik. Kesimpulan yang dapat saya ambil, pada pembelajaran Matematika dapat kita laksanakan dengan menggunakan teori belajar Behavioristik karena materi dapat kita pecah manjadi unit-unit kecil yang dapat kita sampaikan sebagai stimulus-stimulus terpisah untuk melihat respon siswa, pemberian penguatan positif dan negatif pada setiap sesi respon tertentu, disusul dengan stimulus-stimulus lanjutan, sehingga benar bahwa teori belajar Behavioristik akan mengikuti dinamika perkembangan dari pembelajar.



PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari pengertian, penjelasan, penyampaian contoh, dan analisis yang telah disampaikan, kesimpulannya adalah sebagai berikut :
1.      Teori Belajar Behavioristik adalah seperangkat konsep/prinsip yang memberikan, menjelaskan, dan memprediksi suatu fenomena dengan penekanan perubahan perilaku pembelajar yang dilakukan dengan memberikan stimulus secara terus menerus, pengkondisian awal, dan pengorganisasian materi disertai dengan penguatan positif/penguatan negatif.
2.      Prinsip-prinsip teori belajar Behavioristik diantaranya adalah stimulus dan respon dikondisikan secara terus menerus berupa pengulangan dan keterawatan, pengalaman berpengaruh pada penguatan dan pelemahan respon, adanya variabel antara stimulus dan respon, respon yang diikuti penguatan positif cenderung akan diulang, dan respon yang diikuti penguatan negatif cenderung berkurang.
3.      Pada contoh pembelajaran di kelas di atas (pelajaran matematika) dapat dilaksanakan dengan menggunakan teori belajar Behavioristik.

B.       Saran
Saran-saran yang dapat disampaikan antara lain :  
1.      Pahami pengertian dan prinsip-prinsip teori belajar Behavioristik untuk memperkaya khasanah limu pembelajaran.
2.      Kondisikan awal pembelajaran dengan baik dan pisahkan materi-materi dalam unit-unit kecil sehingga dalam penyampaiannya akan lebih bisa diukur dinamika respon yang diperlihatkan siswa.
3.      Berikan penguatan-penguatan dan laksanakan stimulus lanjutan untuk mendapatkan hasil optimal pembelajaran dengan menggunakan teori belajar Behavioristik.

RUJUKAN

Ida Malati  Sadjati, M.A., Drh. (2016). Integrasi Teori dan Praktek Pembelajaran (Teori Belajar Behavioristik, Modul 2). Jakarta: Penerbitan Universitas Terbuka.
Muhammad Thobroni & Arif Mustofa. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Suciati, Dr. (2016). Integrasi Teori dan Praktek Pembelajaran (Paradigma Belajar dan Pembelajaran, Modul 1). Jakarta: Penerbitan Universitas Terbuka.
Tim pengembang Modul PLPG. (2016). Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016. Bagian II : Modul Pedagogik, Teori Belajar, Bab III). Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Belum ada Komentar untuk "KARAKTERISTIK IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel