KECERDASAN GANDA (MULTIPLE INTELEGENCIES), GAYA BELAJAR SISWA DAN PEMBELAJARAN ABAD 21
KECERDASAN GANDA
(MULTIPLE INTELEGENCIES), GAYA
BELAJAR SISWA DAN PEMBELAJARAN ABAD 21
1. Kecerdasan
Ganda (multiple intelegencies)
Penentuan
ketuntasan dalam proses penilaian pembelajaran dengan mempergunakan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) menurut saya sudah mencerminkan konsep kecerdasan
ganda. Ketuntasan pembelajaran dalam satu tingkat kelas untuk
dapat melanjutkan ke tingkat kelas yang lebih tinggi dapat diukur tidak hanya
dengan salah satu jenis muatan pembelajaran, namun seluruh muatan pembelajaran
yang didalamnya terdapat kriteria ketuntasan minimal yang telah disusun oleh
masing-masing guru muatan pembelajaran bersangkutan dengan memperhatikan
aspek-aspek kompleksitas per sub materi, daya dukung sarana prasarana dalam
menunjang pembelajaran per sub materi serta intake yang dimiliki siswa sesuai
dengan hasil belajar kelas sebelumnya. Dengan kriteria per sub materi
selanjutnya digabungkan menjadi kriteria ketuntasan materi dan sampai pada
kriteria ketuntasan muatan pembelajaran.
Seorang siswa dapat dikatakan tuntas/
naik jika telah memenuhi dan
atau melebihi kriteria ketuntasan yang telah ditentukan dengan pertimbangan
mendalam atas ketiga aspek kriteria ketuntasan minimal tersebut di atas. Dengan
adanya kriteria ketuntasan minimal pada masing-masing muatan pembelajaran yang
diberikan, maka diharapkan siswa mampu melampaui batasan-batasan minimal setiap
muatan pembelajaran tersebut dengan kata lain bukan hanya salah satu muatan
pembelajaran saja yang harus tuntas. Dengan demikian maka dapat dikatakan dan
disimpulkan bahwa sekolah tersebut telah memberlakukan aturan yang sesuai
dengan teori multiple intelegencies
(kecerdasan majemuk). Harapan sekolah dengan pemberlakuan aturan ini adalah
memberikan sebanyak-banyaknya modal sikap, pengetahuan, dan keterampilan kepada
siswa untuk selanjutnya dapat dipilih dan dipilah muatan pembelajaran mana yang
akan dikembangkan oleh siswa.
Hakikat dari multiple
intelegencies (kecerdasan majemuk) menurut buku modul jenjang S2 Universitas
Terbuka, semester l mata kuliah Integrasi Teori dan Praktek Pembelajaran Modul
delapan (8); (Suciati, dkk. 2016) disebutkan bahwa kecerdasan yang tnggi bukan
hanya ditunjukkan oleh mereka yang memiliki nilai tinggi dalam pelajaran
berhitung atau bahasa atau muatan pembelajaran tertentu aja, namun kecerdasan
tinggi bisa saja ditunjukkan oleh siswa pada muatan-muatan pembelajaran
lainnya.
Masih dari rujukan yang sama, komponen-komponen multiple intelegencies (kecerdasan
majemuk) meliputi sembilan (9) komponen sebagai berikut :
a.
Kecerdasan
Bahasa (Linguistic Intelligence)
Kecerdasan ini merupakan kecerdasan yang berhubungan
dengan penggunaan kata-kata atau bahasa yang meliputi fonologi, sintaksis,
semantik dan pragmatik. Individu dengan kecerdasan ini mempunyai kecakapan
tinggi dalam merespon dan belajar dengan suara dan makna dari bahasa yang
digunakan, nantinya kebanyakan bermetamorfosis menjadi ahli yang berbicara di
depan publik, lebih terbiasa berola pikir dalam dalam bentuk kata-kata daripada
gambar. Kecerdasan mutlak harus dimiliki oleh individu yang berprofesi sebagai
jurnalis, pengacara, pencipta iklan.
Ciri utama dari kecerdasan bahasa meliputi kemampuan
menggunakan kata-kata secara efektif dalam membaca, menulis, dan berbicara.
Keterampilan berbahasa penting sekali untuk memberikan berbagai penjelasan, deskripsi,
dan ungkapan ekspresif, Shearer (2004:
4). Kemampuan lain untuk individu dengan kecerdasan bahasa adalah mempunyai
kemampuan dalam bersyair, atau gaya menulis yang kaya ekspresi (Gardner, 2003).
Gardner (2003) mengemukakan bahwa “Kemampuan untuk mengingat
informasi seperti daftar-daftar lisan yang panjang merupakan bentuk lain dari
kecerdasan bahasa”. Bagi orang yang kuat memori lisannya maka gagasan mengalir
dengan konstan hal ini disebabkan mereka mempunyai banyak kata-kata di dalam
memori lisannya. Tanpa menghiraukan bagian khusus dari kekuatan memori lisan,
penekanan terjadi baik pada bahasa tulis maupun bahasa lisan dalam kecerdasan
bahasa.
b.
Kecerdasan
Logika-Matematika (Logical-Mathematical
Intelligence)
Kecerdasan ini erat kaitannya dengan kemampuan
penalaran, logika dan angka-angka matematis. Pola pikir kemampuan konseptual
dalam kerangka logika dan angka yang digunakan untuk membuat hubungan antara
berbagai informasi, secara bermakna merupakan pengembangan dari kecerdasan ini.
Praktisi/ahli matematika, pemrogram komputer, analis keuangan, akuntan,
insinyur dan ilmuwan memerlukan kecerdasan ini dalam menjalankan profesinya.
Pengembangan lain dari kecerdasan ini adalah kemampuan
berhitung, berpikir logis dan ketermpilan pemecahan masalah. Praktisi/ahli matematika
bukanlah satu-satunya ciri orang yang menonjol dalam kecerdasan
logika-matematika. Siapapun yang dapat menunjukkan kemampuan berhitung dengan
cepat, menaksir, melengkapi permasalahan aritmetika, memahami atau membuat
alasan tentang hubungan-hubungan antar angka, menyelesaikan pola atau
melengkapi irama bilangan, dan membaca penanggalan atau sistem notasi lain
sudah merupakan ciri menonjol dari kecerdasan logika-matematika, (Gardner, 2003).
c.
Kecerdasan
Musik (Musical Intelligence)
Kecerdasan dalam menciptakan, mengkomunikasikan dan
memahami makna yang dihasilkan oleh suara merupakan inti kecerdasan musikal.
Pemprosesan informasi meliputi pitch, ritme dan timbre masuk dalam komponen
kecerdasan ini. Komposer, konduktor, teknisi audio, mereka yang kompeten pada
musik instrumentalia dan akustik memerlukan/harus memiliki kecerdasan ini.
Bakat musik dipercaya sebagai kecerdasan yang muncul
lebih awal pada manusia dibanding kecerdasan lain. “Kecerdasan musikal meliputi
kepekaan terhadap tangga nada, irama, dan warna bunyi (kualitas suara) serta
aspek emosional akan bunyi yang berhubungan dengan bagian fungsional dari
apresiasi musik, bernyanyi, dan memainkan alat musik”, Shearer (2004 : 4). Kekuatan
kecerdasan ini ada pada kemampuan auditorial tidak hanya menjadikan seseorang
mampu mendengar dan merangkai musik saja, juga seseorang mampu mengingat
pengalaman bermusik.
Bukan hanya komposer, konduktor, teknisi audio, mereka
yang kompeten pada musik instrumentalia dan akustik yang harus memiliki
kecerdasan ini, karena kecerdasan musikal lebih mengarah kepada komponen
memoeri, sehingga pesenetron dan pengarang lagu/musik juga mutlak harus
memiliki kecerdasan musikal.
d.
Kecerdasan
Visual-Spasial (Visual-Spatial
Intelligence)
Kecerdasan visual-spasial meliputi kemampuan-kemampuan
untuk merepresentasikan dunia melalui gambaran-gambaran mental dan ungkapan
artistik. Ada banyak profesi atau ciri orang yang memerlukan kecerdasan ruang
seperti, seorang pelaut memerlukan kemampuan untuk mengemudikan perahunya
dengan bantuan peta, seorang arsitek dapat memanfaatkan sepetak ruang untuk
membuat bangunan, dan seorang penyerang dalam olehraga sepak bola harus mampu
memperkirakan seberapa jauh penyerang dapat menerima operan bola. Kecerdasan
visual-spasial berhubungan dengan objek dan ruang yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari.
e.
Kecerdasan
Kinestetik-Tubuh (Bodily-Kinesthetic
Intelligence)
Kecerdasan kinestetik-tubuh ini berhubungan dengan pengendalian
gerakan tubuh dan memainkan benda-benda secara mahir (canggih). Seseorang
dengan kecerdasan ini akn mampu mengekspresikan diri melalui gerak-gerakan
tubuh, memiliki keseimbangan yang baik dan mampu melakukan berbagai maneuver
fisik dengan baik/cerdik. Koreografer, penari, pemanjat tebing, sampai pada
olahragawan profesional dapat dipastikan memiliki kecerdasan ini
Pengembangan lebih lanjut atas kecerdasan ini adalah mampu
menggunakan otot-ototnya untuk mengendalikan gerak badannya, memiliki
koordinasi tangan-mata, dan mampu menggerakkan objek untuk melengkapi sejumlah
gerak kompleks atau mengatur sebuah pesan.
f.
Kecerdasan
Interpesonal (Interpersonal Intelligence)
Kecerdasan interpersonal merupakan kecerdasan dalam
berhubungan dan memahami orang lain di luar dirinya. Kecerdasan tersebut
menuntun individu untuk melihat berbagai fenomena dari sudut pandang orang
lain, agar dapat memahami bagaimana mereka melihat dan merasakan. Sehingga
terbentuk kemampuan yang baik dalam mengorganisasikan orang, menjalin kerjasama
dengan orang lain ataupun menjaga kesatuan suatu kelompok.
Kemampuan tersebut ditunjang dengan bahasa verbal dan
non-verbal untuk membuka saluran komunikasi dengan orang lain. Kecerdasan ini
mampu menuntun individu untuk melihat berbagai fenomena dari sudut pandang
orang lain, agar dapat memahami bagaimana mereka melihat dan merasakan.
Kecerdasan interpersonal dimiliki oleh
individu-individu dengan profesi yang dalam menjalankan profesinya berhadapan
dengan orang, seperti guru, dokter, polisi, atau pedagang perlu lebih trampil
dalam kecerdasan interpersonal supaya lebih berhasil di tempat kerja.
g.
Kecerdasan
Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Dengan kecerdasan intrapersonal memungkinkan individu
untuk mengklasifikasikan dengan tepat perasaan-perasaan mereka, misalnya
membedakan sakit dan senang dan bertingkah laku tepat sesuai pembedaan
tersebut. Kecerdasan ini memungkinkan individu untuk membangun model mental
mereka yang akurat, dan menggambarkan beberapa model untuk membuat keputusan
yang baik dalam hidup mereka.
Manfaat penting dari kecerdasan intrapersonal ialah
meliputi penilaian-diri yang akurat, penentuan tujuan, memahami-diri atau
instropeksi, dan mengatur emosi diri. Jika seseorang sudah memiliki kecerdasan
intrapersonal yang kuat maka ia mampu memahami dirinya sebagai pribadi, apakah
menyangkut potensi dirinya, bagaimana ia mereaksi terhadap berbagai hal, dan
apa yang menjadi cita-citanya.
h.
Kecerdasan
Naturalis (Naturalist Intelligence)
Kecerdasan naturalis adalah kecerdasan/kemampuan untuk
menunjukkan rasa empati, pengenalan, dan pemahaman tentang kehidupan dan alam
(tanaman, hewan, geologi). Bidang pekerjaan yang membutuhkan bakat kecerdasan
naturalis adalah petani, ilmuwan, ahli tanah, dan orang yang berciri khas
mengamati perilaku alam dan semua profesi yang berkaitan dengan pemahaman atas
hakikat alam.
i.
Kecerdasan
Existensial (Existential Intellegence)
Kecerdasan existensial adalah kecerdasan yang
berhubungan dengan kemmpuan untuk membantu/mengabdikan diri serta memberikan
kemanfaatan kepada orang lain atau masyarakat pada umumnya. Bakat kecerdasan
ini menuntun seseorang untuk memberikan perlindungan dan melakukan protes atas
ketiudakadilan yang terjadi. Kecerdasan ini erat kaitannya dengan kegiatan
sosial, pendalaman agama/keyakinan.
Pada beberapa kasus, siswa/ murid bisa jadi memiliki salah, satu,
dua, atau bahkan semua kecerdasan sekaligus dengan kedalaman kecerdasan yang
berbeda-beda tingkatnya,
kecerdasan dalam bidang bahasa (Linguistic
Intelligence), kecerdasan interpersonal (Interpersonal Intelligence), dan kecerdasan intrapersonal (Intrapersonal Intelligence), Logika-Matematika
(Logical-Mathematical Intelligence)
dan kecerdasan naturalis (Naturalist
Intelligence).
2. Pentingnya
guru mengetahui gaya belajar siswa
Sangat penting
bagi guru untuk mengetahui gaya belajar siswa-siswanya, karena dengan
mengetahui gaya belajar siswa, maka itu merupakan kunci yang sangat ampuh nagi
guru dalam pengembangan kinerjanya sebagai pengajar dan pendidik. Ketika
seorang guru telah mengetahui gaya belajar siswa-siswanya, maka guru dapat
meramu dalam mempersiapkan, melaksanakan
pembelajaran maupun mengevaluasi proses dan hasil pembelajarannya dengan tepat
daa akurat serta sesuai dan mendapat mengakomodir kebutuhan belajar siswa sesuai
dengan gaya belajar yang dimiliki siswa.
Dengan pemenuhan
kebutuhan pembelelajaran sesuai dengan gaya belajar siswa, maka penyerapan,
pengolahan, dan pengaplikasian hasil pembelajaran akan optimal diterima, dilaksanakan,
dan diaplikasikan oleh siswa tanpa hambatan yang berarti. Di samping itu dengan
telah diketahuinya gaya belajar siswa, maka komunikasi dan interaksi dalam
pembelajaran akan daat dicapai secara maksimal.
Siswa yang
beragam dalam sebuah kelas tentunya memiliki perbedaan (keunikan) mereka
masing-masing yang dipengaruhi oleh faktor genetika maupun faktor lingkungan
dan faktor-faktor lainnya, sehingga akan membentuk gaya belajar mereka
masing-masing. Dalam mengakomodir kebutuhan belajar dengan gaya belajar
masing-masing siswa, guru diharapkan memiliki kemampuan dalam menyampaikan
pembelajaran sesuai gaya belajar siswa.
Teori gaya
belajar yang dapat kita pelajari untuk mengembangkan dan meningkatkan pelayanan
pendidikan kepada siswa sebagai berikut :
a.
Gaya
Belajar Visual
Gaya belajar visual adalah gaya belajar sisa yang
lebih mengutamakan kekuatan penglihatan (mata). Siswa lebih mampu belajar
melalui melihat sesuatu. Siswa dengan gaya belajar visual lebih menyukai
penyampaian pembelajaran dengan media gambar, diagram, pertunjukkan, peragaan,
pemutaran film atau video.
Karakteristik siswa dengan gaya belajar visual
adalah suka membaca, menonton tayangan
video (televisi/film), menerka teka-teki atau mengisi TTS, lebih suka membaca
sendiri daripada dibacakan orang lain, lebih suka memperhatikan ekspresi wajah
ketika berbicara dengan orang lain, lebih mampu mengingat sesuatu melalui
penglihatan, kebanyakan memiliki aktivitas kreatif seperti menulis, menggambar,
melukis, merancang, melukis di udara dan cenderung berbicara cepat, tetapi
mungkin cukup pendiam di dalam kelas.
b.
Gaya
Belajar Auditori
Gaya belajar Auditori adalah gaya belajar sisa yang
lebih mengutamakan kekuatan pendengaran (telinga). Siswa dengan gaya belajar
audiotori lebih menyukai pembelajaran disampaikan dengan media yang daat
diakses dengan pendengaran seperti kaset audio, ceramah, diskusi, debat dan
instruksi dalam proses belajar mengajar.
Siswa dengan gaya belajar audiotori rata-rata memiliki
karakteristik suka mendengar berbagai sumber media seperti radio, musik,
sandiwara, drama, debat, lebih mampu mendapatkan pengetahuan dari cerita yang
dibacakan kepadanya dengan berbagai ekspresi, memiliki aktivitas kreatif
seperti menyanyi, mendongeng, mengobrol, bermain musik, membuat cerita lucu, berdebat,
berfilosofi, berbicara dengan kecepatan sedang, suka bicara (cerewet) bahkan
dalam kelas.
c.
Gaya
Belajar Kinestetik
Gaya belajar kinestetik lebih mengutamakan
keterlibatan aktivitas fisik secara langsung. Belajar melalui aktivitas fisik.
Media pembelajaran yang disukai antara lain bermain peran, kunjungan wisata,
lebih menyukai pelajaran praktek daripada teori.
Karakteristik siswa dengan gaya belajar kinestetik
adalah lebih menyukai kegiatan baik sosial maupun olahraga, seperti menari dan
lintas alam, memiliki aktivitas kreatif seperti kerajinan tangan, berkebun,
berbicara agak lambat, dalam keadaan diam selalu merasa gelisah, tidak bisa
duduk tenang, dan suka melakukan urusan sambil mengerjakan sesuatu.
Dalam prakteknya, seorang peserta didik bisa saja
memiliki sebagian karakteristik pelajar visual, auditori dan kinestetik
sekaligus. Artinya, dia bisa saja menjadi pebelajar visual, sekaligus menjadi
pebelajar auditori, atau pebelajar kinestetik yang juga mampu untuk belajar
secara visual. Peserta didik bisa menggunakan salah satu gaya belajar dalam
menyerap pelajaran, atau menggunakan kombinasi diantara ketiga gaya belajar
tersebut. Namun, tentu saja ada suatu kecenderungan dalam diri peserta didik,
gaya belajar mana yang lebih sesuai dengan mereka.
Dalam hal ini guru diharapkan mampu mengakomodasi
kebutuhan pelayanan pendidikan (pembelajaran) dengan mengedepankan
kegiatan-kegiatan yang mengarah dan melayani kebutuhan siswa dengan gaya
belajar siswa.
3.
Mengefektifkan pembelajaran di abad
21
Tren pembelajaran abad 21 adalah hadirnya/
kemajuan atas teknologi
informasi dan komunikasi (TIK), dan perubahan mindset pembelajaran dari yang
berpusat pada guru/pendidik (teacher
centered) menuju pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik (student
centered). Pada bidang
pendidikan (pembelajaran) di abad 21 ini diperlukan perbaikan dalam bidang sarpras,
pelibatan langsung (engaging) siswa
dalam pembelajaran, dan yang tidak kalah pentingnya adalah peningkatan mutu
guru/pendidik dalam pelaksanaan tugasnya.
Pada konteks kasus tersebut di atas, didasarkan pada
karakteristik pembelajaran di abad 21 berupa 4C (communication, collaboration, critical thinking and problem solving,
creativity and innovation). Maka pola-pola pemusatan pembelajaran kepada
guru harus segera dirubah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi serta pelibatan (engaging)
siswa dalam proses pembelajaran.
Maka beberapa cara untuk mengembangkan cara yang efektif dalam
membelajarkan siswa pada abad 21 yang mana penyelenggara pendidikan diharuskan
untuk menyelenggarakan pendidikan bermutu dengan mengacu kepada persiapan peserta
didik dalam dunia pasang surut, dinamis dan tidak bisa diramalkan;
mengembangkan perilaku kreatif peserta didik; membebaskan kecerdasan individu
yang unik; serta mampu menghasilkan peserta didik yang inovatif, dapat
ditempuh dengan langkah-langkah
berikut :
a.
Komunikasi
Komunikasi yang merupakan karakter pertama dari
pembelajaran abad 21 diterapkan dengan fasilitasi guru terhadap peserta
didik untuk memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam
berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia. Peserta didik
diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya untuk mengutarakan ide-idenya,
baik itu pada saat berdiskusi dengan teman-temannya maupun ketika menyelesaikan
masalah yang diberikan oleh pendidik. Dengan dukungan kemajuan teklnologi
informasi dan komunikasi yang terarah, terkendali, serta kontrol yang rutin dan
partisipatif baik dari guru, orang tua, dan semua pihak yang berkepentingan
dalam perkembangan siswa maka sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa akan
tereksplorasi secara maksimal.
b.
Kolaborasi
Pada langkah
kedua yang merupakan karakter kedua dari embelajaran abad 21 ini, guru
diharapkan mampu memfasilitasi peserta didik untuk menunjukkan kemampuannya
dalam kerjasama berkelompok dan kepemimpinan; beradaptasi dalam berbagai peran
dan tanggungjawab; bekerja secara produktif dengan yang lain; menempatkan
empati pada tempatnya; menghormati perspektif berbeda. Peserta didik juga
menjalankan tanggung jawab pribadi dan fleksibitas secara pribadi, pada tempat
kerja, dan hubungan masyarakat; menetapkan dan mencapai standar dan tujuan yang
tinggi untuk diri sendiri dan orang lain.
c.
Berpikir
Kritis dan Pemecahan Masalah
Pada tahap ini diharapkan dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pendidik, guru diharapkan mampu memberikan contoh/teladan kepada peserta
didik dalam mengaktifkan penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat
pilihan yang rumit; memahami interkoneksi antara sistem, menggunakan kemampuan
yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya
dengan mandiri, baik dalam menyusun, mengungkapkan, menganalisa, dan
menyelesaikan masalah yang hadir dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
penggunaan berbagai sumber yang relevan.
d.
Kreatif
dan Inovatif
Guru/ pendidik
harus mampu menanamkan sikap kreatif dan inovatif yang terintegrasi dalam
setiap materi dan proses pembelajaran yang disampaikan supaya peserta didik
memiliki kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan
gagasan-gagasan baru kepada yang lain; bersikap terbuka dan responsif terhadap
perspektif baru dan berbeda yang mengarah kepada kemampuan peserta didik yang
daat diaplikasikan dalam kehidupannya di masa mendatang.
Untuk menjalankan langkah-langkah pembelajaran yang
sesuai dengan model pembelajaran abad 21
tersebut di atas demi mencapai mencapai tujuan pendidikan, maka yang tidak
kalah penting yaitu assessment atau penilaian. Pendidik harus mampu
merancang sistem penilaian yang bersifat kontinu (dilakukan sejak peserta didik
mulai melakukan kegiatan, sedang dan setelah selesai melaksanakan kegiatan).
Penilaian bisa diberikan diantara peserta didik sebagai feedback,
oleh pendidik dengan rubrik yang telah disiapkan atau berdasarkan kinerja serta
produk yang mereka hasilkan.
Dengan niat tulus dari para guru/pendidik untuk
mempersiapkan generasi penerus yang gemilang, memiliki sikap cerdas
intelektual, cerdas vocational, cerdas emosional, cerdas moral, dan cerdas spiritual
dan dengan mengambangkan diri serta berinovasi secara berkelanjutan, semoga mampu
memberikan hasil yang maksimal yaitu lulusan yang cerdas, mandiri, unggul, dan
tangguh yang mampu bertahan di abad 21 dan mampu mengharumkan nama bangsa.
Belum ada Komentar untuk "KECERDASAN GANDA (MULTIPLE INTELEGENCIES), GAYA BELAJAR SISWA DAN PEMBELAJARAN ABAD 21"
Posting Komentar