EPISTEMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN
EPISTEMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI
DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN DENGAN METODE ILMIAH
MENERAPKAN PARADIGMA BERPIKIR POSITIVISME DAN KOTRUKTIVISME SOSIAL
1.
Pengertian tentang
cabang-cabang ilmu filsafat ilmu, yakni epistemologi, ontologi, dan aksiologi.
Berikut penjelasannya :
a.
Epistemologi adalah cabang ilmu filsafat yang berfungsi
untuk mengetahui /mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode, dan
validitas dari sebuah pengetauan. Secara lebih lugas Epistemologi dapat
diartikan cabang ilmu filsafat yang mempelajari inti dari pengetahuan dan
cara-cara untuk mengetahui lebih
dalam dari sebuah ilmu pengetahuan tertentu. Epistemologi juga dikenal dengan
istilah teori pengetahuan. Pertanyaan yang menjadi dimensi dari Epistemologi
adalah :
-
Apa dan bagaimanakah makna
“mengetahui” sebuah ilmu pengetahuan ?
-
Dari mana asal-usul pengetahuan
yang dipelajari ?
-
Bagaimana cara mengetahui
pengetahuan ?
-
Bagaimana cara membedakan antara
pengetahuan dan yang hanya sekedar pendapat ?
-
Apa bentuk pengetahuan itu ?
-
Apa saja corak pengetahuan yang
ada ?
-
Bagaimana cara memperoleh
pengetahuan ?
-
Bagaimana sah atau tidaknya suatu
pengetahuan dapat dinilai ?
Pertanyaan-pertanyaan di atas, jika
disederhanakan menjadi pertanyaan utama berupa, “Bagaimana proses (tahapan/prosedur) yang memungkinkan untuk dikuasainya
suatu ilmu pengetahuan ?”.
b.
Ontologi adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari
sifat-sifat dasar dari kenyataan yang terdalam, ontologi membahas asas-asas
rasional dari kenyataan (kattsoff. 1986). Secara lebih ringan pengertian
ontologi adalah seberapa jauh (dalam) pembelajar ingin mengetahui tentang
sesuatu pengetahuan tertentu. Pertanyaan mendasar yang mewakili dimensi cakupan
ontologi diantaranya :
-
Obyek apa yang ditelaah dalam pengetahuan
?
-
Bagaimana wujud hakiki dari obyek
pengetahuan ?
-
Bagaimana hubungan antara obyek
pengetahuan dengan daya tangkap manusia yang menjadi subyek yang mempelajari
dan yang membuahkan pengetahuan ?
Penyederhanaan pertanyaan tersebut di atas
menjadi pertanyaan utama berupa, ”Bagaimana
upaya/cara pengembangan untuk mendapatkan pengetahuan secara lebih mendalam ?”.
c.
Aksiologi atau dikenal juga dengan teori nilai (Theory of Value) adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari
nilai-nilai (value) yang diinginkan setelah fase epistemologi dan ontologi
telah terpenuhi. Dengan kata lain, pengetahuan yang telah dikuasai akan
dimanfaatkan untuk hal-hal apa saja dan dalam kajian pengetahuan mengenal
konsep kebaikan tertinggi yaitu pemanfaatan penguasaan pengetahuan hendaknya
dialamatkan untuk dimanfaatkan demi sebesar-besarnya untuk kebaikan dan
kebermanfaatan. Pertanyaan untuk mendalami kajian dimensi aksiologi,
diantaranya :
-
Digunakan untuk apa pengetahuan
yang telah dikuasai ?
-
Bagaimana hubungan antara
penggunaan pengetahuan dengan kaidah-kaidah moral yang diyakini masyarakat ?
-
Bagaimana menentukan obyek telaah
berdasarkan filter kaidah moral ?
-
Bagaimana hubungan tehnik
prosedural dalam pelaksanaan metode ilmiah pengetahuan dengan kaidah-kaidah
moral ?
Pertanyaan utamanya adalah, ”Digunakan
untuk apa pengetahuan yang telah diperoleh terkait dengan kaidah moral dalam
masyarakat ?”.
2.
Mengapa penelitian
pendidikan perlu dilakukan, Bagaimana
langkah-langkah penelitian, dan Prinsip-prinsip penelitian.
a.
Penelitian pendidikan adalah cara
ilmiah dalam dunia pendidikan untuk mendapatkan, mengolah dan mempresentasikan
hasil pengolahan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu serta dilakukan,
diolah, dan ditampilkan hasil pengolahan datanya dalam ruang lingkup dunia
pendidikan. Dengan pelaksanaan penelitian pendidikan, maka masalah-masalah yang
berhubungan dengan dunia pendidikan akan mendapatkan jawaban dengan prinsip
penalaran yang jelas, rasional, logis dan didukung dari data fakta empiris yang
sedang dihadapi suatu lembaga pendidikan. Sebagai contoh adanya kasus
menurunnya prestasi belajar siswa, setelah dilakukan penelitian pendidikan
dengan menggunakan prinsip logis, rasional, sistematis dan sesuai dengan fakta
empiris (turunnya prestasi belajar siswa) maka akan terkuaklah hal-hal yang
menjadi penyebab turunnya prestasi siswa dan tersedianya alternatif pemecahan
masalah yang ditawarkan oleh hasil penelitian.
b.
Penelitian dipandang sangat perlu
untuk dilakukan karena dengan penelitian dapat memberikan beberapa manfaat
diantaranya sebagai bahan masukan untuk perbaikan dan pengembangan sesuai
dengan lingkup penelitian, meningkatkan mutu isi, proses, dan hasil dalam
lingkup penelitian, membantu mengatasi masalah-masalah yang timbul yang sangat
membantu perbaikan dalam permasalahan dengan tingkat akurasi tinggi karena
dilakukan dengan prinsip-prinsip logis, rasional, sistematis dan berdasarkan
fakta empiris yang benar-benar sebagai bentuk dari permasalahannya. Sebagai
contoh jika dalam sebuah lembaga pendidikan terdapat permasalahan yang terjadi,
maka dengan dilakukan penelitian atas permasalahan tersebut dengan
memperhatikan prinsip-prinsip penelitian ilmiah
akan mampu memberikan jawaban yang mendekati kebenaran atas permasalahan
yang timbul sehingga mampu memperbaiki bahkan meningkatkan hal-hal yang menjadi
maslaah menjadi hal-hal yang bernilai positif dalam perjalanan suatu lembaga.
c.
Bagaimana langkah-langkah dalam
melakukan penelitian
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian :
1.
Identifikasi masalah, pada tahap
ini ditentukan layak/penting atau tidaknya masalah yang akan diteliti, bisa
ditinjau dari kesenjangan yang muncul dan diberikan justifikasi memilih salah
satu maslaah yang dianggap paling mendesak. Pada tahap ini pula dilakukan
pembatasan subyek, fokus masalah terhadap aspek tertentu yang hendak dilakukan
penelitian.
2.
Tinjauan teoritik dan kajian
pustaka (literatur), dalam tahap ini berfungsi sebagai pendukung data-data
penelitan dan dapat dilakukan pencarian sumber-sumber yang mendukung
pelaksanaan penelitian baik dari jurnal, buku untuk menunjang pelaksanaan
penelitian.
3.
Perumusan masalah, pada fase ini
akan menhasilkan produk pembatasan masalah dan pertanyaan fokus penelitian yang
akan dituangkan ke dalam hipotesis penelitian. Hal-hal yang perlu diperhatikan
pada tahapan ini adalah fokus utama studi, peserta penelitian, lokasi, cakupan,
yang kemudian dipersempit dan akhirnya penelitian bisa difokuskan sebagai
sarana untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan tepat.
4.
Pengumpulan data, pada tahapan ini
dilakukan pengumpulan data sesuai dengan yang telah direncanakam, hal yang
penting pada fase ini adalah data akurat yang dikumpulkan dari obyek penelitian
berupa angka (skor tes/tanggapan) akan mempengaruhi hasil penelitian. Inti dari
tahapan ini adalah pelaksanaan prosedur pengumpulan data dengan baik dan sesuai
dengan yang direncanakan.
5.
Penyajian, analisis dan
menafsirkan data, setelah fase pengumpulan data, maka segera dilakukan
penyajian, analisa, dan tafsiran data serta diakhiri dengan menarik kesimpulan
sesuai dengan pendekatan metode yang telah kita pilih dan rencanakan
sebelumnya. Penyajian data bisa dilakukan dengan menggunakan tabel, angka-angka
maupun dalam bentuk tabel.
6.
Pelaporan / Evaluasi penelitian
yang akan dituangkan ke format leporan penelitian, langkah terakhir dalam
pelaksanaan penelitian adalah penulisan laporan sesuai dengan penataan dan
format pelaporan yang valid yang nantinya hasil laporan akan didistribusikan ke
audien 9yang berkepentingan terhadap penelitian).
Jika langkah-langkah tersebut di atas dilaksanakan sesuai dengan
tahapan-tahapan dengan memperhatikan prinsip logis, rasional, sistematis dan
didasarkan pada fakta empiris yang terjadi, maka dengan sendirinya hasil dari
penelitian akan mendekati kebenaran dan memiliki nilai validitas yang tinggi.
d.
Prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan dalam melakukan penelitian
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan penelitian
adalah hal-hal yang harus dipegang teguh untuk dilaksanakan sehingga hasil
penelitian lebih bernilai mendekati kebenaran dan memiliki nilai validitas yang
tinggi. Prinsip-prinsip penelitian diantaranya :
1.
Sistematis
Prinsip sistematis mengandung makna bahwa penelitian yang dilakukan
harus dilaksanakan menurut pola-pola tertentu sesuai dengan pendekatan yang telah
dipilih peneliti dengan mempertimbangkan dan mengidentifikasi permasalahan yang
akan dilakukan penelitian. Dalam hal ini pola sistematis mambahas hal-hal yang
paling sederhana menuju pembahasan hal-hal yang bersifat komplek sehingga
tujuan penelitian dapat tercapai secara efektif dan efisien. Sebagai contoh
penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif maka harus menggunakan
pola-pola yang ada dalam pendekatan kuantitatif, pembahasan yang dilakukan
diawali dari yang sederhana menuju hal-hal yang rumit dan kompleks dengan
tujuan hasil penelitiannya dapat tercapai secara efektif dan efisien.
2.
Berancana
Dalam pelaksanaan penelitian prinsip berencana menjadi hal yang penting
untuk diperhitungkan karena dalam pelaksanaannya sebuah penelitian yang
dilakukan dengan perencanaan yang lengkap dan terprogram akan menghasilkan
hasil yang baik dan adanya hambatan-hambatan dalam pelaksanaan penelitiannya
akan dapat segera diatasi karena memiliki perencanaan yang tepat dan mendalam.
3.
Mengikuti konsep ilmiah
Arti dari mengikuti konsep ilmiah adalah pelaksanaan penelitian yang
dilakukan mulai dari awal sampai akhir kegiatan mengikuti cara-cara yang sesuai
dengan konsep-konsep ilmiah yang telah menjadi batasan-batasan dalam
pelaksanaan penelitian yaitu logis, rasional, sistematis dan berdasarkan kepada
fakta empiris yang ada.
3.
Metode ilmiah adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu. Pelaksanaan metode ilmiah harus berdasarkan kepada
ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis.
a.
Rasional
Kegiatan penelitian harus dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal
sehingga dapat dijangkau dan dipahami oleh nalar dari semua yang berkepentingan
terhadap pelaksanaan penelitian. Sebagai contoh sebuah penelitian harus
mengangkat hal-hal yang bersifat rasional adalah dalam sebuah lembaga
pendidikan terdapat masalah motivasi belajar siswa menurun, maka hasil
penelitian yang rasional atas permasalah tersebut adalah dengan menawarkan
solusi-solusi yang masuk akal seperti
pemenuhan kelengkapan fasilitas belajar, mengundang tokoh-tokoh agama untuk
memberikan ceramah. Tidak rasional misalkan hasil penelitian memberikan solusi
untuk mendatangkan dukun untuk memberi “syarat” atau pemberian jimat kepada
siswa.
b.
Empirik
Cara-cara yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian harus dapat
diamati oleh indera manusia, sesuai dan tidak menyalahi hal-hal yang terjadi di
masyarakat dan merupakan sesuatu yang dipandang sebagai kebenaran umum.
Contohnya adalah penelitian harus mengambil permasalahan-permasalahan yang
sedang terjadi dan penting (mendesak) untuk dicari solusi dari permasalahan,
jangan melakukan penelitian terhadap masalah-masalah yang bukan menjadi masalah
yang dipentingkan, jangan-jangan justru hasil penelitian seperti ini akan
menggangu hal-hal yang sudah baik dan bukan merupakan suatu masalah.
c.
Sistematik
Proses yang digunakan dalam penelitian harus menggunakan
langkah-langkah tertentu yang bersifat logis sehingga mampu menghasilkan hasil
penelitian yang benar-benar valid. Sebagai contoh adalah pelaksanaan penelitian
harus dilakukan dengan pola/tahapan yang sistematik dan dilakukan berurutan sesuai
dengan yang telah direncanakan, sehingga hasil dari penelitian akan lebih
mendekati kebenaran dan memiliki validitas tinggi.
4.
Makna dan penerapan dalam contoh cara berpikir deduktif dan induktif
dan Keterkaitan cara berpikir deduktif dan induktif dengan paradigma berpikir
positivisme dan kotruktivisme sosial.
a.
Makna dan penerapan dalam contoh
cara berpikir deduktif dan induktif dalam penelitian
Cara berpikir atau penalaran deduktif adalah suatu cara penalaran atau
cara berpikir dalam penelitian yang menerapkan atau berpikir terhadap hal-hal
atau bagian-bagian yang bersifat umum terlebih dahulu untuk selanjutnya
dihubungkan atau dikaitkan dengan bagian-bagian yang lebih khusus. Penalaran
ini dipakai pada penelitian yang bertujuan untuk mencari kesimpulan yang logis
dari sebuah permasalahan yang sebenarnya telah diketahui faktanya. Cara
berpikir atau penalaran deduktif dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang
disebut silogisme yang memuat unsur dasar pemikiran utama/fakta (premis mayor)
kemudian dikaitkan dengan dasar pemikiran yang lebih khusus/penunjang/pelengkap
(premis minor) dan dihasilkan kesimpulan yang logis sebagai pembanding dari
fakta yang telah terbangun sebelumnya. Contoh dalam penelitian adalah jika
terdapat fakta bahwa terdapat penurunan prestasi siswa, maka dengan penalaran
deduktif dapat dianalisa bahwa terjadi penurunan prestasi siswa (premis mayor),
dan muncul premis minor berupa dugaan penyebab turunnya prestasi belajar
diantaranya adalah motivasi siswa turun karena faktor kelengkapan fasilitas
belanjar, model pengajaran guru, dan sebagainya, penelitian fokus kepada
faktor-faktor penyebab premis minor dan akhirnya hasil penelitian akan
menghasilkan kesimpulan misalnya bahwa turunnya prestasi belajar siswa
disebabkan karena kurang lengkapnya fasilitas belajar.
Cara berpikir atau penalaran induktif adalah cara berpikir atau
penalaran dalam penelitian yang bertolak dari hal-hal yang bersifat khusus
kemudian diinventarisir dan dihubungkan dengan pola tertentu sehingga
memunculkan kesimpulan yang bersifat umum. Dalam cara berpikir/penalaran
induktif ini kesimpulan dalam artian umum akan ditarik setelah sekumpulan fakta
peristiwa atau pernyataan khusus telah dihubungkan dengan pola-pola tertentu.
Contoh pengaplikasian dalam penelitian adalah faktor ketidaklengkapan fasilitas
belajar, faktor model pengajaran guru, faktor intervansi sekolah dan
faktor-faktor lain yang spesifik atau khusus dihubungkan dan dicari faktor mana
yang paling kuat atau kombinasi faktor yang sangat mempengaruhi turunnya
prestasi belajar siswa.
b.
Keterkaitan cara berpikir deduktif
dan induktif dengan paradigma berpikir positivisme dan konstruktivisme sosial
Sebelum membahas keterkaitan antara penalaran deduktif dan penalaran
induktif dengan paradigma berpikir positivisme dan konstruktivisme sosial, maka
perlu pemahaman terlebih dahulu tentang paradigma berpikir positivisme dan
konstruktivisme sosial.
Paradigma berpikir positivisme dalam penelitian adalah aliran filsafat
yang menyatakan bahwa ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar
dan menolak aktivitas yang berkenaan dengan metafisika atau hal-hal yang
berkenaan dengan berpikir spekulatif. Paradigma positivisme berkiblat pada
dasar empiris dari awal cara berpikir sampai pada kesimpulan hasil pemikiran. Paradigma
berpikir positivisme dipakai dalam penelitian yang bertujuan menjelaskan
(eksplanasi), eksplorasi (penjajakan/penyelidikan) deskripsi (penggambaran),
dan verifikasi (pengujian) tentang fenomena mengapa peristiwa terjadi,
bagaimana intensitas peristiwa, pros kejadian peristiwa, dan hubungan antar
variabel, rekaman perkembangan, bentuk dan pola peristiwa.
Sedangkan pengertian paradigma berpikir konstruktivisme sosial adalah paradigma
berpikir yang memandang bahwa realitas kehidupan sosial bukanlah didasarkan
pada proses alamiah, namun terbentuk dari proses interaksi yang membangun
konstruksi. Pada paradigma ini sumber pengetahuan dibentuk dari peristiwa atau
realita yang dikonstruksikan sehingga membentuk pengetahuan itu sendiri.
Keterkaitan antara cara berpikir deduktif dan induktif dengan paradigma
berpikir positivisme dan konstruktivisme sosial adalah kedua cara berpikir
(deduktif dan induktif) bisa diaplikasikan dalam kedua jenis paradigma
positivisme maupun konstruktivisme sosial, namun dalam pelaksanaanya cara berpikir
deduktif dan induktif harus disesuaikan dengan paradigma positivisme maupun
paradigma konstruktivisme sosial.
Contoh aplikasi cara berpikir deduktif pada paradigma positivisme
adalah berpikir diawali dari berpikir dalam lingkup umum dengan batasan-batasan
ilmu alam sebagai pengawal jangan sampai ada faktor-faktor diluar diri
pembelajarn yang mempengaruhi proses penelitian. Setelah pemikiran umum telah
ditemukan, maka akan dikombinasi dengan pola-pola tertentu terhadap
pemikiran-pemikiran khusus terkait pemikiran umum tersebut, dan terakhir
dilakukan penarikan kesimpulan penelitian dengan dasar keterkaitan antara
hal-hal umum yang telah dikaitkan dengan hal-hal khusus yang mempengaruinya.
Contoh aplikasi cara berpikir deduktif pada paradigma konstruktivisme
sosial adalah pengambilan keputusan/hasil penelitian didapatkan dari
unsur-unsur umum dalam sebuah permasalahan yang sedang diteliti kemudian
dikaitkan dengan unsur-unsur khusus terkait maslaah dengan membuka pengaruh
baik berasal dari subyek penelitian namun faktor hasil interaksi sosial dari
luar sebagai pembanding untuk mendapatkan kesimpulan hasil penelitian.
Contoh aplikasi cara berpikir induktif pada paradigma positivisme adalah
mengurai hal-hal khusus untuk digeneralisasikan menjadi hal-hal yang umum namun
tidak menerima faktor-faktor diluar obyek penelitian untuk ikut mempengaruhi
hasil penelitian.
Contoh
aplikasi cara berpikir induktif pada paradigma konstruktivisme sosial adalah mengurai
hal-hal khusus untuk digeneralisasikan menjadi hal-hal yang umum dengan membuka
kesempatan denganmenerima faktor-faktor diluar obyek penelitian untuk ikut
mempengaruhi hasil penelitian.
terima kasih atas ilmu yang dibagikan di blog ini, sangat-sangat membantu saya dalam memahami tentang "EPISTEMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN".
BalasHapus