Facebook

EPISTEMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN



EPISTEMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI
DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN DENGAN METODE ILMIAH MENERAPKAN PARADIGMA BERPIKIR POSITIVISME DAN KOTRUKTIVISME SOSIAL


1.       Pengertian tentang cabang-cabang ilmu filsafat ilmu, yakni epistemologi, ontologi, dan aksiologi. Berikut penjelasannya :
a.       Epistemologi adalah cabang ilmu filsafat yang berfungsi untuk mengetahui /mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode, dan validitas dari sebuah pengetauan. Secara lebih lugas Epistemologi dapat diartikan cabang ilmu filsafat yang mempelajari inti dari pengetahuan dan cara-cara untuk mengetahui lebih dalam dari sebuah ilmu pengetahuan tertentu. Epistemologi juga dikenal dengan istilah teori pengetahuan. Pertanyaan yang menjadi dimensi dari Epistemologi adalah :
-       Apa dan bagaimanakah makna “mengetahui” sebuah ilmu pengetahuan ?
-       Dari mana asal-usul pengetahuan yang dipelajari ?
-       Bagaimana cara mengetahui pengetahuan ?
-       Bagaimana cara membedakan antara pengetahuan dan yang hanya sekedar pendapat ?
-       Apa bentuk pengetahuan itu ?
-       Apa saja corak pengetahuan yang ada ?
-       Bagaimana cara memperoleh pengetahuan ?
-       Bagaimana sah atau tidaknya suatu pengetahuan dapat dinilai ?
Pertanyaan-pertanyaan di atas, jika disederhanakan menjadi pertanyaan utama berupa, “Bagaimana proses (tahapan/prosedur) yang memungkinkan untuk dikuasainya suatu ilmu pengetahuan ?”.

b.      Ontologi adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari sifat-sifat dasar dari kenyataan yang terdalam, ontologi membahas asas-asas rasional dari kenyataan (kattsoff. 1986). Secara lebih ringan pengertian ontologi adalah seberapa jauh (dalam) pembelajar ingin mengetahui tentang sesuatu pengetahuan tertentu. Pertanyaan mendasar yang mewakili dimensi cakupan ontologi diantaranya :
-       Obyek apa yang ditelaah dalam pengetahuan ?
-       Bagaimana wujud hakiki dari obyek pengetahuan ?
-       Bagaimana hubungan antara obyek pengetahuan dengan daya tangkap manusia yang menjadi subyek yang mempelajari dan yang membuahkan pengetahuan ?
Penyederhanaan pertanyaan tersebut di atas menjadi pertanyaan utama berupa, ”Bagaimana upaya/cara pengembangan untuk mendapatkan pengetahuan secara lebih mendalam ?”.

c.       Aksiologi atau dikenal juga dengan teori nilai (Theory of Value)  adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari nilai-nilai (value) yang diinginkan setelah fase epistemologi dan ontologi telah terpenuhi. Dengan kata lain, pengetahuan yang telah dikuasai akan dimanfaatkan untuk hal-hal apa saja dan dalam kajian pengetahuan mengenal konsep kebaikan tertinggi yaitu pemanfaatan penguasaan pengetahuan hendaknya dialamatkan untuk dimanfaatkan demi sebesar-besarnya untuk kebaikan dan kebermanfaatan. Pertanyaan untuk mendalami kajian dimensi aksiologi, diantaranya :
-       Digunakan untuk apa pengetahuan yang telah dikuasai ?
-       Bagaimana hubungan antara penggunaan pengetahuan dengan kaidah-kaidah moral yang diyakini masyarakat ?
-       Bagaimana menentukan obyek telaah berdasarkan filter kaidah moral ?
-       Bagaimana hubungan tehnik prosedural dalam pelaksanaan metode ilmiah pengetahuan dengan kaidah-kaidah moral ?
Pertanyaan utamanya adalah, ”Digunakan untuk apa pengetahuan yang telah diperoleh terkait dengan kaidah moral dalam masyarakat ?”.

2.       Mengapa penelitian pendidikan perlu dilakukan, Bagaimana langkah-langkah penelitian, dan Prinsip-prinsip penelitian.
a.    Penelitian pendidikan adalah cara ilmiah dalam dunia pendidikan untuk mendapatkan, mengolah dan mempresentasikan hasil pengolahan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu serta dilakukan, diolah, dan ditampilkan hasil pengolahan datanya dalam ruang lingkup dunia pendidikan. Dengan pelaksanaan penelitian pendidikan, maka masalah-masalah yang berhubungan dengan dunia pendidikan akan mendapatkan jawaban dengan prinsip penalaran yang jelas, rasional, logis dan didukung dari data fakta empiris yang sedang dihadapi suatu lembaga pendidikan. Sebagai contoh adanya kasus menurunnya prestasi belajar siswa, setelah dilakukan penelitian pendidikan dengan menggunakan prinsip logis, rasional, sistematis dan sesuai dengan fakta empiris (turunnya prestasi belajar siswa) maka akan terkuaklah hal-hal yang menjadi penyebab turunnya prestasi siswa dan tersedianya alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan oleh hasil penelitian.
b.    Penelitian dipandang sangat perlu untuk dilakukan karena dengan penelitian dapat memberikan beberapa manfaat diantaranya sebagai bahan masukan untuk perbaikan dan pengembangan sesuai dengan lingkup penelitian, meningkatkan mutu isi, proses, dan hasil dalam lingkup penelitian, membantu mengatasi masalah-masalah yang timbul yang sangat membantu perbaikan dalam permasalahan dengan tingkat akurasi tinggi karena dilakukan dengan prinsip-prinsip logis, rasional, sistematis dan berdasarkan fakta empiris yang benar-benar sebagai bentuk dari permasalahannya. Sebagai contoh jika dalam sebuah lembaga pendidikan terdapat permasalahan yang terjadi, maka dengan dilakukan penelitian atas permasalahan tersebut dengan memperhatikan prinsip-prinsip penelitian ilmiah  akan mampu memberikan jawaban yang mendekati kebenaran atas permasalahan yang timbul sehingga mampu memperbaiki bahkan meningkatkan hal-hal yang menjadi maslaah menjadi hal-hal yang bernilai positif dalam perjalanan suatu lembaga.
c.     Bagaimana langkah-langkah dalam melakukan penelitian
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian :
1.       Identifikasi masalah, pada tahap ini ditentukan layak/penting atau tidaknya masalah yang akan diteliti, bisa ditinjau dari kesenjangan yang muncul dan diberikan justifikasi memilih salah satu maslaah yang dianggap paling mendesak. Pada tahap ini pula dilakukan pembatasan subyek, fokus masalah terhadap aspek tertentu yang hendak dilakukan penelitian.
2.       Tinjauan teoritik dan kajian pustaka (literatur), dalam tahap ini berfungsi sebagai pendukung data-data penelitan dan dapat dilakukan pencarian sumber-sumber yang mendukung pelaksanaan penelitian baik dari jurnal, buku untuk menunjang pelaksanaan penelitian.
3.       Perumusan masalah, pada fase ini akan menhasilkan produk pembatasan masalah dan pertanyaan fokus penelitian yang akan dituangkan ke dalam hipotesis penelitian. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahapan ini adalah fokus utama studi, peserta penelitian, lokasi, cakupan, yang kemudian dipersempit dan akhirnya penelitian bisa difokuskan sebagai sarana untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan tepat.
4.       Pengumpulan data, pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sesuai dengan yang telah direncanakam, hal yang penting pada fase ini adalah data akurat yang dikumpulkan dari obyek penelitian berupa angka (skor tes/tanggapan) akan mempengaruhi hasil penelitian. Inti dari tahapan ini adalah pelaksanaan prosedur pengumpulan data dengan baik dan sesuai dengan yang direncanakan.
5.       Penyajian, analisis dan menafsirkan data, setelah fase pengumpulan data, maka segera dilakukan penyajian, analisa, dan tafsiran data serta diakhiri dengan menarik kesimpulan sesuai dengan pendekatan metode yang telah kita pilih dan rencanakan sebelumnya. Penyajian data bisa dilakukan dengan menggunakan tabel, angka-angka maupun dalam bentuk tabel.
6.       Pelaporan / Evaluasi penelitian yang akan dituangkan ke format leporan penelitian, langkah terakhir dalam pelaksanaan penelitian adalah penulisan laporan sesuai dengan penataan dan format pelaporan yang valid yang nantinya hasil laporan akan didistribusikan ke audien 9yang berkepentingan terhadap penelitian).
Jika langkah-langkah tersebut di atas dilaksanakan sesuai dengan tahapan-tahapan dengan memperhatikan prinsip logis, rasional, sistematis dan didasarkan pada fakta empiris yang terjadi, maka dengan sendirinya hasil dari penelitian akan mendekati kebenaran dan memiliki nilai validitas yang tinggi.
d.    Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan penelitian adalah hal-hal yang harus dipegang teguh untuk dilaksanakan sehingga hasil penelitian lebih bernilai mendekati kebenaran dan memiliki nilai validitas yang tinggi. Prinsip-prinsip penelitian diantaranya :
1.       Sistematis
Prinsip sistematis mengandung makna bahwa penelitian yang dilakukan harus dilaksanakan menurut pola-pola tertentu sesuai dengan pendekatan yang telah dipilih peneliti dengan mempertimbangkan dan mengidentifikasi permasalahan yang akan dilakukan penelitian. Dalam hal ini pola sistematis mambahas hal-hal yang paling sederhana menuju pembahasan hal-hal yang bersifat komplek sehingga tujuan penelitian dapat tercapai secara efektif dan efisien. Sebagai contoh penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif maka harus menggunakan pola-pola yang ada dalam pendekatan kuantitatif, pembahasan yang dilakukan diawali dari yang sederhana menuju hal-hal yang rumit dan kompleks dengan tujuan hasil penelitiannya dapat tercapai secara efektif dan efisien.
2.       Berancana
Dalam pelaksanaan penelitian prinsip berencana menjadi hal yang penting untuk diperhitungkan karena dalam pelaksanaannya sebuah penelitian yang dilakukan dengan perencanaan yang lengkap dan terprogram akan menghasilkan hasil yang baik dan adanya hambatan-hambatan dalam pelaksanaan penelitiannya akan dapat segera diatasi karena memiliki perencanaan yang tepat dan mendalam.
3.       Mengikuti konsep ilmiah
Arti dari mengikuti konsep ilmiah adalah pelaksanaan penelitian yang dilakukan mulai dari awal sampai akhir kegiatan mengikuti cara-cara yang sesuai dengan konsep-konsep ilmiah yang telah menjadi batasan-batasan dalam pelaksanaan penelitian yaitu logis, rasional, sistematis dan berdasarkan kepada fakta empiris yang ada.

3.       Metode ilmiah adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pelaksanaan metode ilmiah harus berdasarkan kepada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis.
a.    Rasional
Kegiatan penelitian harus dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga dapat dijangkau dan dipahami oleh nalar dari semua yang berkepentingan terhadap pelaksanaan penelitian. Sebagai contoh sebuah penelitian harus mengangkat hal-hal yang bersifat rasional adalah dalam sebuah lembaga pendidikan terdapat masalah motivasi belajar siswa menurun, maka hasil penelitian yang rasional atas permasalah tersebut adalah dengan menawarkan solusi-solusi  yang masuk akal seperti pemenuhan kelengkapan fasilitas belajar, mengundang tokoh-tokoh agama untuk memberikan ceramah. Tidak rasional misalkan hasil penelitian memberikan solusi untuk mendatangkan dukun untuk memberi “syarat” atau pemberian jimat kepada siswa.

b.    Empirik
Cara-cara yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian harus dapat diamati oleh indera manusia, sesuai dan tidak menyalahi hal-hal yang terjadi di masyarakat dan merupakan sesuatu yang dipandang sebagai kebenaran umum. Contohnya adalah penelitian harus mengambil permasalahan-permasalahan yang sedang terjadi dan penting (mendesak) untuk dicari solusi dari permasalahan, jangan melakukan penelitian terhadap masalah-masalah yang bukan menjadi masalah yang dipentingkan, jangan-jangan justru hasil penelitian seperti ini akan menggangu hal-hal yang sudah baik dan bukan merupakan suatu masalah.

c.     Sistematik
Proses yang digunakan dalam penelitian harus menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis sehingga mampu menghasilkan hasil penelitian yang benar-benar valid. Sebagai contoh adalah pelaksanaan penelitian harus dilakukan dengan pola/tahapan yang sistematik dan dilakukan berurutan sesuai dengan yang telah direncanakan, sehingga hasil dari penelitian akan lebih mendekati kebenaran dan memiliki validitas tinggi.

4.       Makna dan penerapan dalam contoh cara berpikir deduktif dan induktif dan Keterkaitan cara berpikir deduktif dan induktif dengan paradigma berpikir positivisme dan kotruktivisme sosial.
a.    Makna dan penerapan dalam contoh cara berpikir deduktif dan induktif dalam penelitian
Cara berpikir atau penalaran deduktif adalah suatu cara penalaran atau cara berpikir dalam penelitian yang menerapkan atau berpikir terhadap hal-hal atau bagian-bagian yang bersifat umum terlebih dahulu untuk selanjutnya dihubungkan atau dikaitkan dengan bagian-bagian yang lebih khusus. Penalaran ini dipakai pada penelitian yang bertujuan untuk mencari kesimpulan yang logis dari sebuah permasalahan yang sebenarnya telah diketahui faktanya. Cara berpikir atau penalaran deduktif dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang disebut silogisme yang memuat unsur dasar pemikiran utama/fakta (premis mayor) kemudian dikaitkan dengan dasar pemikiran yang lebih khusus/penunjang/pelengkap (premis minor) dan dihasilkan kesimpulan yang logis sebagai pembanding dari fakta yang telah terbangun sebelumnya. Contoh dalam penelitian adalah jika terdapat fakta bahwa terdapat penurunan prestasi siswa, maka dengan penalaran deduktif dapat dianalisa bahwa terjadi penurunan prestasi siswa (premis mayor), dan muncul premis minor berupa dugaan penyebab turunnya prestasi belajar diantaranya adalah motivasi siswa turun karena faktor kelengkapan fasilitas belanjar, model pengajaran guru, dan sebagainya, penelitian fokus kepada faktor-faktor penyebab premis minor dan akhirnya hasil penelitian akan menghasilkan kesimpulan misalnya bahwa turunnya prestasi belajar siswa disebabkan karena kurang lengkapnya fasilitas belajar.

Cara berpikir atau penalaran induktif adalah cara berpikir atau penalaran dalam penelitian yang bertolak dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian diinventarisir dan dihubungkan dengan pola tertentu sehingga memunculkan kesimpulan yang bersifat umum. Dalam cara berpikir/penalaran induktif ini kesimpulan dalam artian umum akan ditarik setelah sekumpulan fakta peristiwa atau pernyataan khusus telah dihubungkan dengan pola-pola tertentu. Contoh pengaplikasian dalam penelitian adalah faktor ketidaklengkapan fasilitas belajar, faktor model pengajaran guru, faktor intervansi sekolah dan faktor-faktor lain yang spesifik atau khusus dihubungkan dan dicari faktor mana yang paling kuat atau kombinasi faktor yang sangat mempengaruhi turunnya prestasi belajar siswa.

b.    Keterkaitan cara berpikir deduktif dan induktif dengan paradigma berpikir positivisme dan konstruktivisme sosial
Sebelum membahas keterkaitan antara penalaran deduktif dan penalaran induktif dengan paradigma berpikir positivisme dan konstruktivisme sosial, maka perlu pemahaman terlebih dahulu tentang paradigma berpikir positivisme dan konstruktivisme sosial.

Paradigma berpikir positivisme dalam penelitian adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktivitas yang berkenaan dengan metafisika atau hal-hal yang berkenaan dengan berpikir spekulatif. Paradigma positivisme berkiblat pada dasar empiris dari awal cara berpikir sampai pada kesimpulan hasil pemikiran. Paradigma berpikir positivisme dipakai dalam penelitian yang bertujuan menjelaskan (eksplanasi), eksplorasi (penjajakan/penyelidikan) deskripsi (penggambaran), dan verifikasi (pengujian) tentang fenomena mengapa peristiwa terjadi, bagaimana intensitas peristiwa, pros kejadian peristiwa, dan hubungan antar variabel, rekaman perkembangan, bentuk dan pola peristiwa.

Sedangkan pengertian paradigma berpikir konstruktivisme sosial adalah paradigma berpikir yang memandang bahwa realitas kehidupan sosial bukanlah didasarkan pada proses alamiah, namun terbentuk dari proses interaksi yang membangun konstruksi. Pada paradigma ini sumber pengetahuan dibentuk dari peristiwa atau realita yang dikonstruksikan sehingga membentuk pengetahuan itu sendiri.

Keterkaitan antara cara berpikir deduktif dan induktif dengan paradigma berpikir positivisme dan konstruktivisme sosial adalah kedua cara berpikir (deduktif dan induktif) bisa diaplikasikan dalam kedua jenis paradigma positivisme maupun konstruktivisme sosial, namun dalam pelaksanaanya cara berpikir deduktif dan induktif harus disesuaikan dengan paradigma positivisme maupun paradigma konstruktivisme sosial.

Contoh aplikasi cara berpikir deduktif pada paradigma positivisme adalah berpikir diawali dari berpikir dalam lingkup umum dengan batasan-batasan ilmu alam sebagai pengawal jangan sampai ada faktor-faktor diluar diri pembelajarn yang mempengaruhi proses penelitian. Setelah pemikiran umum telah ditemukan, maka akan dikombinasi dengan pola-pola tertentu terhadap pemikiran-pemikiran khusus terkait pemikiran umum tersebut, dan terakhir dilakukan penarikan kesimpulan penelitian dengan dasar keterkaitan antara hal-hal umum yang telah dikaitkan dengan hal-hal khusus yang mempengaruinya.

Contoh aplikasi cara berpikir deduktif pada paradigma konstruktivisme sosial adalah pengambilan keputusan/hasil penelitian didapatkan dari unsur-unsur umum dalam sebuah permasalahan yang sedang diteliti kemudian dikaitkan dengan unsur-unsur khusus terkait maslaah dengan membuka pengaruh baik berasal dari subyek penelitian namun faktor hasil interaksi sosial dari luar sebagai pembanding untuk mendapatkan kesimpulan hasil penelitian.

Contoh aplikasi cara berpikir induktif pada paradigma positivisme adalah mengurai hal-hal khusus untuk digeneralisasikan menjadi hal-hal yang umum namun tidak menerima faktor-faktor diluar obyek penelitian untuk ikut mempengaruhi hasil penelitian.  

Contoh aplikasi cara berpikir induktif pada paradigma konstruktivisme sosial adalah mengurai hal-hal khusus untuk digeneralisasikan menjadi hal-hal yang umum dengan membuka kesempatan denganmenerima faktor-faktor diluar obyek penelitian untuk ikut mempengaruhi hasil penelitian. 

1 Komentar untuk "EPISTEMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN"

  1. terima kasih atas ilmu yang dibagikan di blog ini, sangat-sangat membantu saya dalam memahami tentang "EPISTEMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN".

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel