Facebook

IDENTIFIKASI PROSES PEMBELAJARAN YANG MENERAPKAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME



IDENTIFIKASI
PROSES PEMBELAJARAN YANG MENERAPKAN
TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME


Pandangan beberapa pakar tentang perbandingan antara kelas yang diajar dengan pendekatan “tradisional” dan konstruktivisme
Menurut Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa dalam buku belajar dan pembelajaran disebutkan bahwa pendekatan pembelajaran yang dikategorikan dalam konsep lama adalah pembelajaran yang dianggap sebagai bagian dari “menirukan”, yakni suatu proses yang melibatkan pengulangan oleh siswa atau menirukan informasi yang disajikan dalam laporan atau kuis dan tes. Peranan guru sangat dominan dan menguasai jalannya pembelajaran walaupun dalam prakteknya banyak diantara siswa yang mempunyai dan berkeinginan untuk memberikan kontribusinya dalam proses pembelajaran, namun tidak terakomodasi secara maksimal.
Pembelajaran dengan menggunakan konsep lama atau tradisional menekankan pada pentingnya penguasaan bahan/ materi oleh guru karena peranan guru sangat vital serta menentukan baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pembelajaran konsep lama atau tradisional lebih mengarah kepada teacher centre yang membangun tembok tebal bagi siswa untuk ikut berperan aktif di dalam pembelajaran. Keadaan ini mengharuskan siswa untuk menjadi obyek dari pembelajaran, hal-hal yang menyangkut pengelolaan mutlak dimiliki dan ditentukan oleh guru.
Pola pembelajaran konsep lama atau tradisional menitik beratkan pembelajaran kepada upaya atau proses menghabiskan bahan ajar atau materi yang harus disampaikan oleh guru pada setiap sesi pembelajarannya. Terkait masalah pemahaman dan kualitas penyerapan materi oleh siswa kurang mendapatkan perhatian lebih. Pembelajaran dikatakan sudah berjalan dan sukses jika siswa sudah mampu menjawab dengan benar pada saat evaluasi (pengukuran hasil serapan siswa) hanya pada bagian-bagian isi pokok (substansi) dan tidak dilakukan pengembangan yang memancing daya kreatifitas siswa dalam menyelesaikan masalah yang masih merupakan bagian dari materi namun membutuhkan daya kreasi siswa untuk menjawabnya.
Masih berdasarkan buku yang sama, pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme yang merupakan bagian dari trend mutakhir teori belajar, pembelajaran menurut pendekatan konstruktivisme lebih mengutamakan dalam membantu siswa menginternalisasikan (menghayati) pembelajaran, membentuk kembali, dan menginformasikan informasi baru.
Untuk membantu siswa dalam ketiga hal tersebut, guru diharapkan mengubah pandangan sesuai dengan pandangan konstruktivisme yakni menghargai otonomi dan inisiatif siswa, menggunakan variasi data-data materi dengan penekanan kepada keterampilan berpikir kritis, labih mengutamakan kinerja siswa sebagai pemicu kreativitas siswa, menyertakan respon siswa sebagai bagian dari pembelajaran, menggali pemahaman siswa saat awal pembelajaran, memberikan peluang kepada siswa untuk berdiskusi baik dengan guru maupun siswa lain, mendorong penemuan sendiri oleh siswa dengan memberikan pertanyaan terbuka, menyertakan siswa dalam pengalaman belajar, memberikan waktu sedikit lebih banyak bagi siswa untuk memikirkan dan mengerjakan tugas, serta menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dengan penggunaan model pembelajaran yang beragam.
Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivisme adalah memandang bahwa subyek (siswa) secara aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitif yang telah tersusun pada diri siswa, maka siswa mampu menyusun pengertian realitanya disesuaikan dengan tuntutan lingkungan dan individu yang sedang berubah secara berulang-ulang yang disebut dengan peristiwa rekonstruksi.
Hal terpenting dalam konstruktivisme adalah siswalah yang harus aktif untuk mengembangkan pengetahuan mereka yang pada akhirnya akan membentuk siswa menjadi kreativitas dan keaktifan sehingga siswa mampu berdiri sendiri dalam pengetahuan kognitifnya serta mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul sebagai pengembangan dari substansi materi dengan harapan yang lebih jauh lagi siswa mampu menjawab tantangan kehidupan di masyarakat kelak ketika mereka dewasa.

Identifikasi strategi  dalam pembelajaran merujuk kepada  pandangan Vigotsky
Identifikasi pertama adalah peranan guru dalam memberi perhatian dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa. Hal ini penting dilakukan sebagai bentuk penggalian awal terhadap apa yang telah diketahui oleh siswa yang dapat dimanfaatkan guru untuk memberikan  konfirmasi kepada siswa lain yang masih belum memiliki pengetahuan awal terkait materi pembelajaran yang akan disampaikan. Perhatian dan pemanfaatan pengetahuan awal siswa juga memberikan dampak meningkatkan semangat dan motivasi belajar siswa karena bagi siswa yang telah memiliki lebih akan semakin termotibasi untuk mengembangkan pengetahuannya dan bagi siswa yang belum memahami banyak hal mengenai materi akan berusaha mengejar kekurangan yang dengan bantuan guru maupun teman dalam kelasnya.
Seberapapun tingginya pengetahuan yang dimiliki guru dan siap ditransfer kepada siswa, jika pada proses pembelajarannya tidak menggunakan variasi pembelajaran yang baik dan memberikan kebermaknaan dalam proses pembelajarannya, maka siswa lama kelamaan akan menjadi bosan juga. Sangat baik bagi guru untuk membawa siswa kepada keadaan nyata terkait materi yang disampaikan.  
Seorang guru memerlukan sedikit pengolahan dalam pemberian pengetahuan dengan cara yang berbeda yakni dengan memberikan pengetahuan secara kontekstual (nyata) atau langsung siswa dibawa ke keadaan nyata terkait materi yang disampaikan, hal ini dapat kita lakukan dengan membawa siswa untuk keluar kelas dan mengamati langsung terkait materi. Dalam hal ini, penekanan kepada pengalaman belajar autentik (terpercaya/ nyata) dan bermakna, yang memberikan dampak positif dalam pemerolehan pengetahuan kepada siswa dibandingkan dengan memberikan penjelasan langsung dengan cara ceramah.
Tahapan identifikasi selanjutnya adalah membangun hubungan (komunikasi) yang kondusif, baik komunikasi antara guru dengan ssiwa maupun komunikasi antar siswa dengan tidak memberikan tekanan-tekanan berupa fisik dan psikis, sehingga siswa dapat belajar dan memperoleh pengetahuannya secara alamiah dan tidak dalam tekanan, siswa melaksanakan pembelajaran dengan senang dan tentunya pengetahuan yang diperoleh akan semakin maksimal diterima oleh siswa.
Mendorong siswa untuk mandiri dalam  memperoleh pengetahuannya adalah tahapan selanjutnya mutlak kita lakukan untuk mendukung identifikasi kedua. Memberikan kesempatan anak untuk mandiri dengan memberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok dan membuat rangkuman sesuai degan apa yang telah dilakukan oleh siswa selama pelaksanaan pembelajaran akan sangat membantu proses pembelajaran. Hal ini akan memberikan dampak positif yang akan memacu siswa untuk selalu aktif dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dilakukan.
Tahapan idenfikasi terakhir adalah proses pembelajaran secara keseluruhan harus menampilkan langkah-langkah pemerolehan pengetahuan yang dilakukan sesuai dengan kaidah dunia ilmiah. Pada dunia ilmiah, pengetahuan tidak serta merta langsung diberikan kepada siswa, namun siswa perlu melampaui langkah-langkah yang terencana sehingga pengetahuan dapat diraih dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang telah dilalui oleh siswa.
Dari tahapan penggalian dan pemanfaatan pengetahuan awal siswa, pengalaman belajar autentik dan bermakna, hubungan sosial atau komunikasi yang kondusif, dorongan untuk mandiri, maka dengan langkah-langkah tersebut telah mencerminkan adanya pelaksanaan pemerolehan pengetahuan yang didapatkan oleh siswa dengan bantuan guru bukan langsung diberikan begitu saja, namun harus melewati tahapan-tahapan yang secara tuntas harus dilewati oleh siswa sebelum siswa mendapatkan pengetahuannya.

Penerapan konstruktivisme dalam pembelajaran
Penerapan teori belajar konstruktivisme dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan memperhatikan unsur-unsur pembelajaran diantaranya adalah perhatian dan pemanfaatan pengetahuan awal siswa; pengalaman belajar yang autentik (dapat dipercaya) dan bermakna; adanya hubungan sosial yang kondusif; adanya dorongan agar siswa mandiri; dan adanya usaha untuk mengenalkan siswa kepada dunia ilmiah. (Belajar dan Pembelajaran; Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa; 2011).
Pada proses pelaksanaan pembelajaran nyata di kelas, hendaknya guru memperhatikan beberapa hal/ langkah jika menggunakan teori belajar konstruktivisme terutama dikaitkan pada unsur-unsur pembelajaran yang menggunakan teori belajar konstruktivisme sebagai berikut :
a.    Guru memberikan perhatian dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa
Pada teori belajar konstruktivisme, pengetahuan awal siswa perlu diperhatikan oleh guru sebagai dasar untuk mengawali penyampaian materi pembelajaran sehingga hal-hal yang sudah benar dan telah dimiliki siswa tidak mubadzir jika harus diterangkan kembali. Beberapa siswa yang telah memiliki kemampuan awal dapat dimanfaatkan sebagai pemicu atau secara tidak langsung turut menerangkan kepada siswa lain yang belum memahami. Langkah ini bisa dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memicu siswa untuk menjawab sesuai apa yang telah mereka ketahui.
­­­
b.    Penekanan kepada pengalaman belajar autentik (terpercaya/nyata) dan bermakna
Penekanan pembelajaran dengan memberikan pengalaman belajar yang autentik atau terpercaya dan nyata akan memberikan intensitas kebermaknaan pembelajaran yang akan selalu diingat oleh siswa sampai kapanpun. Dengan kata lain pembelajaran kontekstual mutlak harus dilakukan oleh guru pada materi-materi yang memang bisa di-kontekstul-kan.
Harapanya adalah meningkatkan ketertarikan siswa pada proses pembelajaran karena sifat anak-anak yang sengat senang dengan hal-hal yang sifatnya kongkret dan juga untuk meningkatkan kebermaknaan pembelajaran yang akan terus melekat pada jiwa anak dan nantinya akan dikonstruksikan dengan informasi baru, hal ini akan memicu anak untuk terbiasa berpikir aktif dan kreatif.

c.    Adanya hubungan sosial yang kondusif
Hubungan sosial dalam proses pembelajaran dapat dimaknai sebagai bentuk komunikasi, baik antara guru dengan siswa ataupun antara siswa dengan siswa. hubungan sosial yang kondusif diartikan sebagai komunikasi atau hubungan yang saling mengisi (memberi dan menerima) antar komponan komunikasi dan dilakukan sesuai dengan tahap ukuran usia anak dan tidak menimbulkan tekanan baik fisik ataupun psikis sehingga mendukung perkembangan kognitif dan kreativitas anak dalam berpikir.
Komunikasi yang kondusif dalam pembelajaran dilakukan oleh guru ketika pada tahap mengawali pembelajaran dan antar siswa ketika mereka melakukan kegiatan baik individual maupun bersama-sama dalam kelompoknya.

d.   Adanya dorongan agar siswa mampu untuk mandiri
Kemandirian dalam pembelajaran akan memberikan keuntungan bagi siswa salah satunya adalah tidak hanya mengandalkan guru sebagai sumber balajar dan pembimbing dalam kegiatan proses pembelajaran, segala hal yang ada di sekitar siswa (sekolah maupun di luar sekolah) bisa digunakan oleh siswa untuk mendukung proses belajarnya. Hal ini penting untuk mendorong agar siswa mampu untuk mandiri dalam pembelajaran yang nantinya akan dibawa ke masyarakat dalam kehidupan nyata yang dilaksanakan oleh siswa setelah mereka lulus dari jenjang pendidikan.
e.    Adanya usaha untuk mengenalkan siswa tentang apa dan bagaimana dunia ilmiah
Mencermati tahapan-tahapan pada roses pembelajaran yang dilakukan oleh Ibu Lia tersebut di atas, yang dalam keseluruhan pelaksanaanya mengandung tahapan penggalian, memperhatikan, dan mamanfaatkan pengetahuan awal siswa, memberikan pengalaman belajar yang autentik dan bermakna kepada siswa, pengkondisian hubungan komunikasi yang kondusif, dan danya dorongan agar siswa menjadi mandiri, hal-hal terkait tahapan-tahapan tersebut telah mencerminkan pengenalan tentang apa dan bagaimana tentang dunia ilmiah.
Dunia ilmiah terintegrasikan dalam bentuk pembelajaran yang secara langsung maupun tidak langsung telah dilalui oleh siswa pada proses pembelajaran. Dengan demikian maka tahapan-tahapan tersebut jika dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus meningkat pada setiap sesi pembelajarannya maka akan membiasakan siswa mendapatkan pengetahuannnya dengan cara yang biasa dipakai dalam dunia ilmiah, yang akan sangat membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan tidak dengan cara di-suap-i oleh guru, namun ditemukan dengan proses konstruksi antara pengetahuan awal yang dikombinasikan dengan informasi baru yang didapatkan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

Belum ada Komentar untuk "IDENTIFIKASI PROSES PEMBELAJARAN YANG MENERAPKAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel