IDENTIFIKASI PROSES PEMBELAJARAN YANG MENERAPKAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME
IDENTIFIKASI
PROSES
PEMBELAJARAN YANG MENERAPKAN
TEORI
BELAJAR KONSTRUKTIVISME
Pandangan beberapa pakar tentang perbandingan antara kelas
yang diajar dengan pendekatan “tradisional” dan konstruktivisme
Menurut Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa
dalam buku belajar dan pembelajaran disebutkan bahwa pendekatan pembelajaran yang
dikategorikan dalam konsep lama adalah pembelajaran yang dianggap sebagai
bagian dari “menirukan”, yakni suatu proses yang melibatkan pengulangan oleh
siswa atau menirukan informasi yang disajikan dalam laporan atau kuis dan tes.
Peranan guru sangat dominan dan menguasai jalannya pembelajaran walaupun dalam
prakteknya banyak diantara siswa yang mempunyai dan berkeinginan untuk
memberikan kontribusinya dalam proses pembelajaran, namun tidak terakomodasi
secara maksimal.
Pembelajaran dengan menggunakan konsep lama
atau tradisional menekankan pada pentingnya penguasaan bahan/ materi oleh guru
karena peranan guru sangat vital serta menentukan baik dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Pembelajaran konsep lama atau tradisional lebih
mengarah kepada teacher centre yang
membangun tembok tebal bagi siswa untuk ikut berperan aktif di dalam
pembelajaran. Keadaan ini mengharuskan siswa untuk menjadi obyek dari
pembelajaran, hal-hal yang menyangkut pengelolaan mutlak dimiliki dan
ditentukan oleh guru.
Pola pembelajaran konsep lama atau
tradisional menitik beratkan pembelajaran kepada upaya atau proses menghabiskan
bahan ajar atau materi yang harus disampaikan oleh guru pada setiap sesi
pembelajarannya. Terkait masalah pemahaman dan kualitas penyerapan materi oleh
siswa kurang mendapatkan perhatian lebih. Pembelajaran dikatakan sudah berjalan
dan sukses jika siswa sudah mampu menjawab dengan benar pada saat evaluasi
(pengukuran hasil serapan siswa) hanya pada bagian-bagian isi pokok (substansi)
dan tidak dilakukan pengembangan yang memancing daya kreatifitas siswa dalam
menyelesaikan masalah yang masih merupakan bagian dari materi namun membutuhkan
daya kreasi siswa untuk menjawabnya.
Masih berdasarkan buku yang sama,
pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme yang merupakan bagian dari trend
mutakhir teori belajar, pembelajaran menurut pendekatan konstruktivisme lebih
mengutamakan dalam membantu siswa menginternalisasikan (menghayati)
pembelajaran, membentuk kembali, dan menginformasikan informasi baru.
Untuk membantu siswa dalam ketiga hal
tersebut, guru diharapkan mengubah pandangan sesuai dengan pandangan
konstruktivisme yakni menghargai otonomi dan inisiatif siswa, menggunakan
variasi data-data materi dengan penekanan kepada keterampilan berpikir kritis,
labih mengutamakan kinerja siswa sebagai pemicu kreativitas siswa, menyertakan
respon siswa sebagai bagian dari pembelajaran, menggali pemahaman siswa saat
awal pembelajaran, memberikan peluang kepada siswa untuk berdiskusi baik dengan
guru maupun siswa lain, mendorong penemuan sendiri oleh siswa dengan memberikan
pertanyaan terbuka, menyertakan siswa dalam pengalaman belajar, memberikan
waktu sedikit lebih banyak bagi siswa untuk memikirkan dan mengerjakan tugas,
serta menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dengan penggunaan model pembelajaran
yang beragam.
Pembentukan pengetahuan menurut
konstruktivisme adalah memandang bahwa subyek (siswa) secara aktif menciptakan
struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan
struktur kognitif yang telah tersusun pada diri siswa, maka siswa mampu
menyusun pengertian realitanya disesuaikan dengan tuntutan lingkungan dan
individu yang sedang berubah secara berulang-ulang yang disebut dengan
peristiwa rekonstruksi.
Hal terpenting dalam konstruktivisme adalah
siswalah yang harus aktif untuk mengembangkan pengetahuan mereka yang pada
akhirnya akan membentuk siswa menjadi kreativitas dan keaktifan sehingga siswa
mampu berdiri sendiri dalam pengetahuan kognitifnya serta mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang muncul sebagai pengembangan dari substansi materi
dengan harapan yang lebih jauh lagi siswa mampu menjawab tantangan kehidupan di
masyarakat kelak ketika mereka dewasa.
Identifikasi strategi dalam pembelajaran merujuk kepada pandangan Vigotsky
Identifikasi pertama adalah peranan guru
dalam memberi perhatian dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa. Hal ini
penting dilakukan sebagai bentuk penggalian awal terhadap apa yang telah
diketahui oleh siswa yang dapat dimanfaatkan guru untuk memberikan konfirmasi kepada siswa lain yang masih belum memiliki pengetahuan awal
terkait materi pembelajaran yang akan disampaikan. Perhatian dan pemanfaatan
pengetahuan awal siswa juga memberikan dampak meningkatkan semangat dan
motivasi belajar siswa karena bagi siswa yang telah memiliki lebih akan semakin
termotibasi untuk mengembangkan pengetahuannya dan bagi siswa yang belum
memahami banyak hal mengenai materi akan berusaha mengejar kekurangan yang
dengan bantuan guru maupun teman dalam kelasnya.
Seberapapun tingginya pengetahuan yang
dimiliki guru dan siap ditransfer kepada siswa, jika pada proses
pembelajarannya tidak menggunakan variasi pembelajaran yang baik dan memberikan
kebermaknaan dalam proses pembelajarannya, maka siswa lama kelamaan akan
menjadi bosan juga. Sangat baik bagi guru untuk membawa siswa kepada keadaan
nyata terkait materi yang disampaikan.
Seorang guru memerlukan sedikit pengolahan
dalam pemberian pengetahuan dengan cara yang berbeda yakni dengan memberikan
pengetahuan secara kontekstual (nyata) atau langsung siswa dibawa ke keadaan
nyata terkait materi yang disampaikan, hal ini dapat kita lakukan dengan membawa siswa untuk keluar kelas dan
mengamati langsung terkait materi. Dalam hal ini, penekanan kepada pengalaman belajar autentik (terpercaya/ nyata) dan bermakna, yang memberikan dampak
positif dalam pemerolehan pengetahuan kepada siswa dibandingkan dengan
memberikan penjelasan langsung dengan cara ceramah.
Tahapan identifikasi selanjutnya adalah membangun hubungan
(komunikasi) yang kondusif, baik komunikasi antara guru dengan ssiwa maupun komunikasi antar siswa dengan
tidak memberikan tekanan-tekanan berupa fisik dan psikis, sehingga siswa dapat
belajar dan memperoleh pengetahuannya secara alamiah dan tidak dalam tekanan,
siswa melaksanakan pembelajaran dengan senang dan tentunya pengetahuan yang
diperoleh akan semakin maksimal diterima oleh siswa.
Mendorong siswa untuk mandiri dalam memperoleh pengetahuannya adalah tahapan
selanjutnya mutlak kita lakukan untuk mendukung identifikasi kedua. Memberikan kesempatan anak untuk mandiri dengan memberikan kesempatan
untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok dan membuat rangkuman sesuai degan
apa yang telah dilakukan oleh siswa selama pelaksanaan pembelajaran akan sangat membantu
proses pembelajaran.
Hal ini akan memberikan dampak positif yang akan memacu siswa untuk selalu
aktif dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dilakukan.
Tahapan idenfikasi terakhir adalah proses pembelajaran secara
keseluruhan harus
menampilkan langkah-langkah pemerolehan pengetahuan yang dilakukan sesuai
dengan kaidah dunia ilmiah. Pada dunia ilmiah, pengetahuan tidak serta merta
langsung diberikan kepada siswa, namun siswa perlu melampaui langkah-langkah
yang terencana sehingga pengetahuan dapat diraih dalam pelaksanaan proses
pembelajaran yang telah dilalui oleh siswa.
Dari tahapan penggalian dan pemanfaatan pengetahuan
awal siswa, pengalaman belajar autentik dan bermakna, hubungan sosial atau
komunikasi yang kondusif, dorongan untuk mandiri, maka dengan langkah-langkah
tersebut telah mencerminkan adanya pelaksanaan pemerolehan pengetahuan yang
didapatkan oleh siswa dengan bantuan guru bukan langsung diberikan begitu saja,
namun harus melewati tahapan-tahapan yang secara tuntas harus dilewati oleh
siswa sebelum siswa mendapatkan pengetahuannya.
Penerapan konstruktivisme dalam pembelajaran
Penerapan teori belajar konstruktivisme dapat
diterapkan dalam pembelajaran dengan memperhatikan unsur-unsur pembelajaran
diantaranya adalah perhatian dan pemanfaatan pengetahuan awal siswa; pengalaman
belajar yang autentik (dapat dipercaya) dan bermakna; adanya hubungan sosial yang
kondusif; adanya dorongan agar siswa mandiri; dan adanya usaha untuk
mengenalkan siswa kepada dunia ilmiah.
(Belajar dan Pembelajaran; Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa; 2011).
Pada proses pelaksanaan pembelajaran nyata di kelas,
hendaknya guru memperhatikan beberapa hal/ langkah jika menggunakan teori
belajar konstruktivisme terutama dikaitkan pada unsur-unsur pembelajaran yang menggunakan teori belajar
konstruktivisme sebagai berikut :
a. Guru memberikan perhatian dan memanfaatkan
pengetahuan awal siswa
Pada teori belajar konstruktivisme,
pengetahuan awal siswa perlu diperhatikan oleh guru sebagai dasar untuk
mengawali penyampaian materi pembelajaran sehingga hal-hal yang sudah benar dan
telah dimiliki siswa tidak mubadzir jika harus diterangkan kembali. Beberapa siswa
yang telah memiliki kemampuan awal dapat dimanfaatkan sebagai pemicu atau
secara tidak langsung turut menerangkan kepada siswa lain yang belum memahami.
Langkah ini bisa dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memicu
siswa untuk menjawab sesuai apa yang telah mereka ketahui.
b. Penekanan kepada pengalaman belajar autentik
(terpercaya/nyata) dan bermakna
Penekanan pembelajaran dengan memberikan
pengalaman belajar yang autentik atau terpercaya dan nyata akan memberikan
intensitas kebermaknaan pembelajaran yang akan selalu diingat oleh siswa sampai
kapanpun. Dengan kata lain pembelajaran kontekstual mutlak harus dilakukan oleh
guru pada materi-materi yang memang bisa di-kontekstul-kan.
Harapanya adalah meningkatkan ketertarikan
siswa pada proses pembelajaran karena sifat anak-anak yang sengat senang dengan
hal-hal yang sifatnya kongkret dan juga untuk meningkatkan kebermaknaan
pembelajaran yang akan terus melekat pada jiwa anak dan nantinya akan
dikonstruksikan dengan informasi baru, hal ini akan memicu anak untuk terbiasa
berpikir aktif dan kreatif.
c. Adanya hubungan sosial yang kondusif
Hubungan sosial dalam proses pembelajaran
dapat dimaknai sebagai bentuk komunikasi, baik antara guru dengan siswa ataupun
antara siswa dengan siswa. hubungan sosial yang kondusif diartikan sebagai
komunikasi atau hubungan yang saling mengisi (memberi dan menerima) antar
komponan komunikasi dan dilakukan sesuai dengan tahap ukuran usia anak dan
tidak menimbulkan tekanan baik fisik ataupun psikis sehingga mendukung perkembangan
kognitif dan kreativitas anak dalam berpikir.
Komunikasi
yang kondusif dalam pembelajaran dilakukan oleh guru ketika pada tahap
mengawali pembelajaran dan antar siswa ketika mereka melakukan kegiatan baik
individual maupun bersama-sama dalam kelompoknya.
d. Adanya dorongan agar siswa mampu untuk
mandiri
Kemandirian dalam pembelajaran akan
memberikan keuntungan bagi siswa salah satunya adalah tidak hanya mengandalkan
guru sebagai sumber balajar dan pembimbing dalam kegiatan proses pembelajaran,
segala hal yang ada di sekitar siswa (sekolah maupun di luar sekolah) bisa
digunakan oleh siswa untuk mendukung proses belajarnya. Hal ini penting untuk
mendorong agar siswa mampu untuk mandiri dalam pembelajaran yang nantinya akan
dibawa ke masyarakat dalam kehidupan nyata yang dilaksanakan oleh siswa setelah
mereka lulus dari jenjang pendidikan.
e. Adanya usaha untuk mengenalkan siswa tentang
apa dan bagaimana dunia ilmiah
Mencermati tahapan-tahapan pada roses
pembelajaran yang dilakukan oleh Ibu Lia tersebut di atas, yang dalam
keseluruhan pelaksanaanya mengandung tahapan penggalian, memperhatikan, dan
mamanfaatkan pengetahuan awal siswa, memberikan pengalaman belajar yang
autentik dan bermakna kepada siswa, pengkondisian hubungan komunikasi yang
kondusif, dan danya dorongan agar siswa menjadi mandiri, hal-hal terkait
tahapan-tahapan tersebut telah mencerminkan pengenalan tentang apa dan
bagaimana tentang dunia ilmiah.
Dunia ilmiah terintegrasikan dalam bentuk pembelajaran
yang secara langsung maupun tidak langsung telah dilalui oleh siswa pada proses
pembelajaran. Dengan demikian maka tahapan-tahapan tersebut jika dilakukan
secara berulang-ulang dan terus menerus meningkat pada setiap sesi
pembelajarannya maka akan membiasakan siswa mendapatkan pengetahuannnya dengan
cara yang biasa dipakai dalam dunia ilmiah, yang akan sangat membantu siswa
dalam memperoleh pengetahuan tidak dengan cara di-suap-i oleh guru, namun
ditemukan dengan proses konstruksi antara pengetahuan awal yang dikombinasikan
dengan informasi baru yang didapatkan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
Belum ada Komentar untuk "IDENTIFIKASI PROSES PEMBELAJARAN YANG MENERAPKAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME"
Posting Komentar